MAKALAH PROSEDUR MENOLONG
PERSALINAN
disusun
oleh :
KELOMPOK
7
BERLIANA
CANDRA WAHYU AJI (1602050)
FELINA
TUTI IRAWATI (1602062)
NOVA
DAYANTI (1602074)
II
B D3 KEPERAWATAN
STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN
2017/2018
KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum.Wr.Wb
Puji syukur kami panjatkan atas
kehadirat Allah.S.W.T yang telah memberikan segala limpahan Rahmat dan
Hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Prosedur Menolong
Persalinan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas dengan waktu
yang tepat. Terimakasih kami ucapkan kepada Ibu Sri Sat Titi
Hamranani.,S.Kep.Ns.M.Kep selaku dosen pengampu mata kuliah Keperawatan
Maternitas yang telah membimbing kami dalam proses penyusunan makalah ini
dengan baik. Terimakasih kami ucapkan kepada teman-teman yang telah memotivasi
dan memberikan semangat serta kerjasama yang baik selama ini. Semoga makalah
yang kami susun ini bermanfaat bagi kalangan pembaca terhadap prosedur menolong
persalinan sehingga bisa menambah pengetahuan serta wawasan ilmu yang luas.
Kami menyadari bahwa makalah ini belum
sempurna dan kemungkinan masih terdapat kekurangan ataupun kesalahan dalam
penyusunan maupun ketepatan informasi.
Maka kami menerima saran dan kritik
secara terbuka dari pembaca yang bersifat membangun guna memperbaiki penyusunan
makalah di masa mendatang.
Terimakasih.
Wassalamu’alaikum.Wr.Wb.
Klaten, 30 September 2017
Tim Penyusun
DAFTAR
ISI
Kata
Pengantar.................................................................................................................... i
Daftar
Isi............................................................................................................................. ii
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang........................................................................................................... 1
B.
Tujuan........................................................................................................................ 2
C.
Sistematika Penulisan................................................................................................. 2
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Pengertian.................................................................................................................. 3
B.
Beberapa Istilah yang Berhubungan dengan
Persalinan............................................ 4
C.
Sebab-Sebab yang Menimbulkan Persalinan.............................................................. 5
D.
Perubahan Fisik Reproduksi...................................................................................... 6
E.
Pimpinan Persalinan................................................................................................... 8
F.
Mekanisme Persalinan................................................................................................ 10
1.
Kala I ( Kala Pembukaan )................................................................................... 10
2.
Kala II ( Kala Penegluaran Janin)........................................................................ 14
3.
Kala III ( Kala Pengeluaran Uri )......................................................................... 20
4.
Kala IV ............................................................................................................... 22
G.
Adaptasi Janin dan Ibu.............................................................................................. 23
1.
Adaptasi Janin...................................................................................................... 23
2.
Adaptasi Ibu........................................................................................................ 24
H.
Prosedur Tindakan pada Pertolongan
Persalinan....................................................... 27
BAB
III PENUTUP
A.
Kesimpulan................................................................................................................ 29
Daftar
Pustaka..................................................................................................................... 30
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Persalinan
dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal. Persalinan dan
kelahiran normal adalah proses pengeluaran janinyang terjadi pada kehamilan
cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala
yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada
janin. Persalinan adalah saat yang sangat dinanti-nantikan ibu hamil untuk
dapat marasakan kebahagiaan melihat dan memeluk bayinya. Tetapi, persalinan
juga disertai rasa nyeri yang membuat kebahagiaan yang didambakan diliputi oleh
rasa takut dan cemas.
Pada
manusia, beberapa jam terakhir kehamilan ditandai oleh kontraksi uterus yang
menyebabkan dilatasi serviks dan turunnya janin melalui jalan lahir. Jauh
sebelum kontraksi-kontraksi kuat dan nyeri ini timbul, terjadi persiapan
ekstensi di uterus dan serviks dan proses proses ini berlangsung sepanjang
gestasi. Selama 36-38 minggu pertama gestasi normal, miometrium berada dalam
fase persiapan, tetapi belum responsif. Seiring dengan itu, serviks mulai tahap
awal proses remodelling yang disebut pelunakan (softening), tetapi tetap
mempertahankan integritasnya. Setelah fase tenang (quiescence) yang cukup lama
ini terjadi fase transisi saat mana uterus mulai responsif dan serviks
mengalami pematangan, pendataran, dan kehilangan integritas sterkturalnya.
Proses-proses
fisiologis yang mengatur persalinan dan awitan persalinan masih belum diketahui
secara pasti. Namun, telah jelas bahwa awitan persalinan mencerminkan puncak
dari serangkaian perubahan biokimiawi di uterus dan serviks. Hal ini terjadi
akibat sinyal-sinyal endokrin dan parakrin yang berasal dari ibu maupun janin.
Kontribusi relatif keduanya berbeda-beda antara spesies, dan perbedaan inilah
yang menyulitkan pencarian faktor-faktor pasti yang mengatur persalinan pada
manusia. Jika persalinan menjadi abnormal, dapat terjadi persalinan kurang
bulan, distosia atau kehamilan pascamatur. Dari hal-hal ini persalinan kurang
bulan masih merupakan penyumbang utama bagi mortalitas dan morbiditas neonatus
di negara-negara maju.
B. Tujuan
Tujuan dari penyusunan
makalah adalah sebagai berikut:
1. Untuk
mengetahui proses persalinan.
2. Untuk
memberikan bantuan pada persalinan dengan tepat, sesuai dengan prosedur
tindakan.
C. Sistematika
Penulisan
Dalam penyusunan makalah
ini disusun secara sistematika penulisan yang terdiri dari 3 bab, yaitu:
1. BAB
I : pendahuluan yang terdiri latar belakang, tujuan dan sistematika penulisan.
2. BAB
II : pembahasan yang terdiri dari pengertian hingga prosedur tindakan pada
proses pertolongan persalinan.
3. BAB
III : penutup meliputi kesimpulan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Persalinan adalah proses pergerakan keluar janin,
plasenta, dan membrane dari dalam rahim melalui jalan lahir. Berbagai perubahan
terjadi pada system reproduksi wanita dalam hitungan hari dan minggu sebelum
persalinan dimulai. Persalinan sendiri dapat dibahas dalam bentuk mekanisme
yang terjadi selama proses dan tahapan yang dilalui wanita (Bobak, 2004).
Pesalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri),
yang dapat hidup di dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan
jalan lain. Persalinan (partus = labor) adalah proses pengeluaran produk
konsepsi yang viable melalui jalan lahir biasa. Delivery adalah momentum
kelahiran janin sejak kala II (akhir kala I).
Persalinan
merupakan proses normal, berupa kontraksi
uterus involunter yang efektif dan terkoordinasi, yang menyebabkan
penipisan dan dilatasi serviks secara progresif serta penurunan dan pelahiran
bayi dan plasenta. Mendekati akhir proses persalinan dapat dipercepat dengan
upaya mengejan yang volunter untuk membantu pelahiran hasil konsepsi.
Persalinan
palsu ditandai oleh kontraksi singkat yang tidak teratur (interval dan durasi)
tanpa dominasi fundus, perubahan serviks, maupun penurunan verteks atau bokong bayi. Dilatasi serviks adalah pelebaran
diameter ostium serviks dalam
sentimeter (10 cm). Effacement adalah
penipisan serviks yang terjadi sebelum dan terutama pada persalinan kala 1.
Penipisan serviksa dinyatakan dalam persentase panjang serviks (normalnya
kira-kira 2,5 cm). Serviks yang tidak menipis berarti 0%, jika panjangnya
sekitar 0,25 cm berarti penipisan 100%. Penipisan dan dilatasi disebabkan oleh
retraksi atau penarikan serviks ke arah korpus uteri bukan akibat tekanan
bagian terbawah janin.
Permulaan
persalinan pada manusia belum sepenuhnya dipahami. Persalinan dapat dipicu oleh
satu atau lebih perubahan hormonal ataupun perubahan fisik yang bermakna,
misalnya trauma abdomen. Onset persalinan dapat terjadi setiap saat setelah
kehamilan benar-benar terbukti, tetapi kemungkinannya meningkat saat mendekati
cukup bulan. Persalinan dapat dipicu atau dirangsang (diperkuat) dengan zat-zat
oksitosik (misalnya oksitosin atau prostaglandin E2).
Pada
kira-kira 10% kahamilan, selaput ketuban pecah sebelum memulai persalinan.
Pecahnya selaput ketuban akan mengurangfi kapasitas uterus, menebalkan dinding
rahim dan meningkatkan iritabilits rahim, biasanya diikuti oleh persalinan. 90%
kehamilan cukup bulan, akan mulai persalinan dalam waktu 24 jam setelah
pecahnya ketuban. Jika persalinan tidak mulai dalam 24 jam, kasus ini harus
dianggap dengan komplikasi pecah selaput ketuban dalam waktu lama.
Segera
sebelum atau pada awal persalinan, mungkin keluar sedikit lendir berwarna
kemerahan (lendir yang bersemu darah/ bloody show atau sumbatan lendir). Lendir
ini merupakan kumpulan dari lendir serviks yang kental dan sering bercampur
darah merupakan bukti penipisan dan dilatasi serviks, seringkali juga
menunjukkan turunnya bagian terbawah janin.
Mulainya
persalinan sejati ditandai oleh kontraksi uterus yang semakin sering, kuat, lama
dan akhirnya teratur. Sakit punggung bagian bawah dapat mendahului atau
menyertai kontraksi uterus. Setiap kontraksi dimulai dengan penambahan
intensitas bertahap dan menghilang bertahap juga setelah mencapai puncak.
Normalnya, kontraksi akan berada dalam puncaknya sebelum timbul rasa tidak
nyaman. Dilatasi jalan lahir bagian bawah hampir selalu menyebabkan nyeri pada
perineum atau pelvis dalam. Namun, kadang-kadang nulipara dan beberapa
multipara mengalami persalinan singkat, tanpa rasa sakit.
B. Beberapa
Istilah Yang Berhubungan dengan Persalinan
Istilah yang
berhubungan dengan persalinan menurut (Mochtar,
1998) :
1.
Menurut cara persalinan :
a.
Partus biasa (normal) disebut juga dengan partus
spontan, adalah proses lahirnya bayi pada LBK dengan tenaga ibu sendiri, tanpa
bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung
kurang dari 24 jam.
b.
Partus luar biasa (abnormal) ialah persalinan
pervaginam dengan bantuan alat – alat atau melalui dinding perut dangan
operasi caesar.
2.
Menurut tua (umur) kehamilan :
a.
Abortus (keguguran) adalah terhentinya kehamilan
sebelum janin dapat hidup (viable) –
berat janin di bawah 100 g – tua kehamilan di bawah 28 minggu.
b.
Partus prematurus adalah persalinan dari hasil
konsepsi pada kehamilan 28 – 36 minggu, janin dapat hidup tetapi rematur, berat
janin antara 1000 – 2500 g.
c.
Partus marturus ata a term (cukup bulan) adalah parts
pada kehamilan 37 0 40 minggu, janin matur, berat badan diatas 2500 g.
d.
Partus postmaturus (serotinus) adalah persalinan yang
terjadi 2 minggu atau lebih dari waktu partus yang ditaksir, janin disebut
postmatur.
e.
Partus presipatatus adalah partus yang ditaksir, janin
disebut mungkin di kamar mandi, dll.
f.
Partus percobaan adalah suatu penilaian kemajuan
persalinan untuk memperoleh bukti tentang ada atau tidaknya disproporsi
sefalopelvi.
Pembagian menurut buku lama adalah :
a.
Abortus ialah penghentian atau pengeluaran hasil
konsepsi pada kehamilan 16 minggu atau sebelum plasenta selesai.
b.
Partus imaturus adalah penghentian kehamilan sebelum
janin viable atau berat janin kurang dari 1000 g atau kehamilan di bawah 28
minggu.
3.
Gravid dan Para :
a.
Gravida adalah wanita yang sedang hamil.
b.
Primigravida adalah seorang wanita yang hamil untuk
pertama kali.
c.
Para adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi
yang dapat hidup (viable).
d.
Nullipara adalah seorang wanita yang belum pernah
melahirkan bayi viable.
e.
Primipara adalah seorang wanita yang pernah melahirkan
bayi hidup untuk pertama kali.
f.
Multipara atau pleuripara adalah wanita yang pernah
melahirkan bayi viable beberapa kali (sampai 5 kali).
g.
Grandmultipara adalah wanita yang pernah melahirkan
bayi 6 kali atau lebih hidup atau mati.
C. Sebab –
Sebab Yang Menimbulkan Persalinan
Apa yang
menyebabkan terjadinya persalinan belum diketahui benar, yang ada hanyalah
merupakan teori – teori yang kompleks antara lain dikemukakan factor – factor
humoral, struktur rahim, sirkulasi rahim, pengaruh tekanan pada saraf, dan
nutrisi menurut (Mochtar, 1998) :
1.
Teori penurunan hormone : 1 – 2 minggu sebelum partus
mulai terjadi penurunan kadar hormone estrogen dan progesteron. Progesterone
bekerja sebagai penenang otot – otot polos rahim akan menyebabkan kekejangan
pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar progesterone turun.
2.
Teori plasenta menjadi tua akan menyebabkan turunnya
kadar estrogen dan progesterone yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah hal
ini akan menimbulkan kontraksi rahim.
3.
Teori distensi rahim : rahim yang menjadi besar dan
merenggang menyebabkan iskemia otot – otot rahim, sehingga menggangu sirkulasi
utero – plasenter.
4.
Teori iritasi mekanik : di belakang serviks terletak ganglion servikale (fleksus Frankenhauser). Bila ganglion ini digeser dan ditekan,
misalnya oleh kepala janin, akan timbul kontraksi uterus.
5.
Induksi partus (induction
of labour). Partus dapat pula ditimbulkan dengan jalan :
a. Gagang
laminaria : beberapa laminaria dimasukkan dalam kanalis servikalis. dengan tujuan merangsang pleksus Frankenhauser.
b.
Amniotomi : pemecahan ketuban.
c.
Oksitoksin drips : pemberian oksitoksin menurut tetesan
per infuse.
D.
Perubahan Faktor Reproduksi
Pada
kehamilan pertama, rahim akan turun dan terdorong ke depan, yakni sekitar dua
minggu sebelum aterm, saat bagian presentasi janin (biasanya kepala) turun ke
dalam panggul sejati (Bobak, 2004).
Menurut (Mochtar, 1998) Sebelum terjadi persalinan
sebenarnya beberapa minggu sebelumnya wanita memasuki “bulannya” atau
“minggunya” atau “harinya” yang disebut kala pendahuluan (preparatory stage of labor). Ini memberikan tanda – tanda sebagai
berikut :
1.
Lightening
atau settling atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul
terutama pada primigravida. Pada multipara tidak begitu kentara.
2.
Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
3.
Perasaan sering – sering atau susah kencing (polakisuria) karena kandung kemih
tertekan oleh bagian terbawah janin.
4.
Perasaan sakit di perut dan pinggang oleh adanya
kontraksi – kontraksi lemah dari uterus, kadang – kadang disebut “false labor pains”.
5.
Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya
bertambah bisa bercampur darah (bloody
show).
Tanda – tanda In – Partu menurut (Mochtar,
1998) ada 4 yaitu:
1.
Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat,
sering, dan teratur.
2.
Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekan – robekan kecil pada
serviks.
3.
Kadang – kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
4.
Pada pemeriksaan dalam : serviks mendatar dan
pembukaan telah ada.
Seperti telah dikemukakan terdahulu,
factor – factor yang berperan dalam persalinan adalah :
a. Kekuatan mendorong janin keluar (power):
1) His (kontraksi uterus).
2) Kontraksi otot – otot dinding perut.
3) Kontraksi diafragma.
4) Dan ligmentous action terutama lig. Rotundum.
b. Faktor janin.
c. Faktor jalan lahir
Pada waktu
partus akan terjadi perubahan – perubahan pada uterus, serviks, vagina, dan
dasar panggul.
Proses
penyesuaian disebut lightening atau penurunan dan biasanya terjadi
bertahap. Setelah lightening, wanita
merasa lebih lega (perasaan sesak berkurang) dan lebih mudah bernapas. Akan
tetapi, akibat pergeseran ini biasanya terjadi peningkatan tekanan pada kandung
kemih, sehingga wanita akan lebih sering berkemih. Pada kehamilan multipara, lightening mungkin tidak terjadi sampai
setelah rahim berkontraksi dan proses persalinan yang sesungguhnya berlangsung.
Wanita mungkin mengeluh merasa nyeri yang menetap pada
punggung bagian bawah dan tekanan pada sakroiliaka akibat relaksasi sendi
panggul. Kadang-kadang, wanita dapat mengalami kontraksi yang kuat, sering,
tetapi tidak teratur (Braxton Hicks di dalam (Bobak,
2004)).
Peristiwa-peristiwa yang terjadi pada persalinan
prodromal adalah tanda dan gejala yang dialami sebelum awitan persalinan yang
sebenarnya. Lender vagina yang kluar semakin banyak akibat besarnya kongesti
selaput lendir vagina. Lender serviks berwarna kecoklatan atau berbecak darah (bloody
show) keluar. Serviks menjadi lunak (matang), sebagian menipis dan mulai
berdilatasi. Ketuban pecah dengan spontan (Bobak,
2004)
Terdapat dua fenomena lain yang sering terjadi pada
hari-hari sebelum persalinan yaitu, sbb:
1.
Berat menurun 0,5 sampai 1,5 kg karena tubuh
kehilangan air akibat perpindahan elektrolit, yang merupakan hasil perubahan
kadar esterogen dan progesterone
2.
Suatu lonjakan energy. Wanita mengatakan tiba-tiba
mereka memiliki energy tinggi yang mereka gunakan untuk membersihkan rumah dan
berbenah. Aktivitas ini sering digambarkan sebagai “naluri bersarang” (Bobak, 2004).
Awitan persalinan sejati tidak dapat disebabkan oleh
suatu sebab saja. Banyak faktor penyebab lain, termasuk perubahan pada uterus,
serviks, dan hipofisis anterior wanita. Hormon-hormon yang dihasilkan
hipotalamus, hipofisis, dan korteks adrenal janin yang normal turut
mempengaruhi awitan persalinan. Distensi uterus yang progresif, peningkatan
tekanan intrauterine, dan penuaan plasenta tampaknya berkaitan dengan iritabilitas
miometrium. Hal ini merupakan akibat peningkatan konsentrasi estrogen dan
prostaglandin serta penurunan kadar progesterone. Semua faktor ini bekerja sama
hingga dihasilkan kontraksi uterus yang kuat, teratur, ritmik, yang biasanya
berakhir dengan dilahirkannya janin dan plasenta. Masih belum dimengerti
sepenuhnya, perubahan mana yang lebih dan bagaimana semua keseimbangan itu
dapat terjaga.
Impuls saraf aferen dan eferen ke dan dari uterus
mempengaruhi kontraktilitas uterus. Meskipun impuls saraf ke uterus akan
menstimulasi kontraksi, uterus yang merupakan organ tidak bersaraf ini masih
berkontraksi dengan baik selama persalinan karena oksitosin yang terkandung
dalam darah yang bersirkulasi merupakan pengatur persalinan. Oleh karena itu,
wanita yang lumpuh masih dapat melahirkan pervagina (Bobak, 2004).
E.
Pimpinan Persalinan
1.
Posisi Ibu dalam Persalinan :
a. Posisi
litotomi : adalah posisi yang umum
di mana wanita berbaring terlentang dengan lutut di tekuk, kedua paha diangkat
ke samping kanan dan kiri.
b. Posisi duduk (squading
positon) : sekarang posisi bersalin duduk telah dikembangkan di Negara –
Negara Amerika Latin. Untuk itu di buat meja bersalin khusus di mana wanita
dapat duduk sambil melahirkan.
2.
Cara berbaring :
a.
Menurut Walcher : di tepi tempat tidur
b.
Menurut Tjeenk – Wilink : memakai bantal
c.
Menurut Jonges : untuk melebarkan pintu bawah panggul
d.
Menurut posisi Sims : posisi miring
3. Pemeriksaan
Wanita yang akan Bersalin :
Seperti
telah dibicarakan di atas, pemeriksaan wanita hamil meliputi pemeriksaan seluruh
tubuh, begitu pula pemeriksaan wanita yang akan melahirkan, yaitu :
a. Pemeriksaan
umum :
1) Tekanan
darah, nadi, pernapasan, reflex, jantung paru – paru, berat badan, tinggi
badan, dan sebagainya.
b.
Pemeriksaan status onstetrikus :
1)
Letak dan
posisi janin, taksiran berat badan janin.
2)
Denyut jantung janin.
3)
His dan sifat – sifatnya, dsb
c.
Pemeriksaan dalam (vagina atau rectal) :
1)
Pemeriksaan serviks dalam cm atau jari.
2)
Turunnya kepala diukur menurut Hodge.
3)
Ketuban : sudah pecah atau belum, menonjol atau tidak.
d.
laboratorium :
1)
Pemeriksaan urin : protein dan gula.
2)
Pemeriksaan darah : Hb, golongan darah.
e.
Persiapan bagi ibu :
1)
Bersihkan dan cukur daerah genitalia eksterna.
2)
Ibu hamil di suruh kencing atau lakukan keteterisasi
guna mengosongkan kandung kencing.
3)
Klisma supaya rectum kosong.
4)
Pakaian diganti dengan yang longgar.
f.
Persiapan semua alat – alat untuk persalinan biasa :
1)
Beberapa pasang sarung tangan steril.
2)
Gunting siebold, gunting tali pusat.
3)
Beberapa klem tali pusat dan klem lainnya.
4)
Benang atau plastic klem untuk talipusat.
5)
Alat pengisap lendir bayi.
6)
Jodium tintur dengan kapas lidinya.
7)
Alat – alat untuk penjahit luka.
8)
Obat – obatan dan jarum suntiknya.
9)
Kain kasa steril dan sebagainya.
F. Mekanisme
Persalinan
Bentuk dan
diameter panggul wanita berbeda pada ketinggian yang berbeda dan bagian
presentasi janin menempati jalan lahir dalam proporsi yang besar. Supaya dapat
dilahirkan, janin harus beradaptasi dengan jalan lahir selama proses penurunan.
Putaran dan penyesuaian lain yang terjadi pada proses kelahiran manusia disebut
mekanisme persalinan. Tujuh gerakan cardinal presentasi puncak kepala pada
mekanisme persalinan ialah engagement, penurunan, fleksi, putaran paksi dalam,
ekstensi, putaran paksi luar (restitusi), dan akhirnya kelahiran melalui
ekspulsi. Meskipun fase-fase ini dibahas secara terpisah, tetapi kombinasi
gerakan-gerakan ini terjadi bersamaan. Contohnya engagement meliputi penurunan dan fleksi (Bobak, 2004).
KALA
PERSALINAN
Proses persalinan menurut (Mochtar, 1998) terdiri dari 4 kala, yaitu :
Kala I : Waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan
lengkap 10 cm.
Kala II : Kala pengeluaran janin, waktu uterus
dengan kekuatan his ditambah kekuatan mengedan mendorong janin keluar hingga
lahir.
Kala III : Waktu untuk pelepasan dan pengeluaran
urin.
Kala IV : Mulai lahirnya uri selama 1 – 2
jam.
1. Kala
I ( Kala Pembukaan)
In Partu (partus mulai) ditandai
dengan keluarnya lendir bercampur darah (bloody
show), karena serviks mulai membuka (dilatasi) dan mendatar (effacement). Darah berasal dari
pecahnya pembuluh darah kapiler sekitar kanalis servikalis karena pergeseran
ketika serviks mendatar dan terbuka.
Kala pembukaan menurut (Mochtar, 1998) dibagi atas 2 fase, yaitu :
a.
Fase laten : dimana pembukaan serviks berlangsung
lambat : sampai pembukaan 4 cm berlangsung dalam 7 – 8 jam.
b.
Fase aktif : berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas
3 subfase :
1)
Periode akselerasi : berlangsung 2 jam, pembukaan
menjadi 4 cm.
2)
Periode dilatasi maksimal (steady) : selama 2 jam pebukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.
3)
Periode deselarasi : berlangsung lambat, dalam waktu 2
jam pembukaan jadi 10 cm atau lengkap.
c.
Dalam buku – buku, proses membukanya serviks disebut
dengan berbagai istilah : melembek (softening),
menipis (thinnes out), oblitrasi (obliterated), mendatar dan tertaik ke
atas (effaced and taken up) dan
membuka (dilatation).
d.
Fase – fase yang dikemukakan diatas di jumpai pada
primagravida. Bedanya dengan multigravida ialah :
Primi
|
Multi
|
Serviks mendatar (effacement)
dulu, baru dilatasi
|
Mendatar dan membuka bisa bersamaan
|
Berlangsung 13 – 14 jam
|
Berlangsung 6 – 7 jam
|
Penatalaksanaan:
a. Dapatkan
rincian riwayat kesehatan yang relevan setelah pemeriksaan terakhir.
b. Catat
tanda-tanda vital pasien ( temperatur, nadi dan tekanan darah ). Periksan
spesimen urin yang didapat secara bersih untuk pemeriksaan proteinuria dan
glikosuria.
c. Lakukan
pemeriksaan fisik umum secara singkat.
d. Palpasi
uterus untuk menentukan presentasi, posisi dan engagement janin. Dengarkan
denyut jantung janin dan tandai kulit tempat jantung paling terdengar untuk
melihat pergeseran dan penurunan titik intensitas maksimal seiring dengan
majunya persalinan. Peristiwa ini merupakan bukti putaran paksi dalam dan
turunnya janin.
e. Perhatikan
frekuensi, keteraturan, kekuatan dan lama kontraksi uterus dan tonus miometrium
pada saat dan diantara kontraksi. Amati reaksi pasien dan toleransinya tehadap
persalinan. Rasa tidak nyaman dan gelisah sring timbul seiring kemajuan
persalinan.
f. Periksa
adanya perdarahan per vaginam atau merembesnya cairan amnion. Kertas indikator
nitrazin akan berubah warna dari hijau menjadi kuning jika dibasahi dengan
cairan amnion (pH 7,0). Pemeriksaan laindapat digunakan pada kasus-kasus yang
meragukan.
g. Lakukan
pemeriksaan per vaginam. Kenakan masker bedah dan sarung tangan bedah yang
bersih. Catat waktu terjadinya hal-hal tersebut:
1) Tentukan
bagian terbawah janin dan stasionnya terhadap spina iskiadika. Stasion adalah
tingkat letak kepala atau bokong dalam panggul. Jika bagian terbawah janin
berada pada spina, dikatakan berada di “station no”. Jika di atas spina, jaraj
tersebut dinyatakan dengan bilangan minus (-1 cm, -2 cm. – 3cm, dan
“mengapung”). Jika di bawah spina, jarak tersebut ditulis dengan bilangan plus
( +1 cm, +2cm,+3cm dan “pada perineum”). Jika bagian terbawah kepala berada
pada ketinggian spina iskiadika, stationnya adalah nol.
2) Dilatasi
serviks dengan palpasi langsung dinyatakan sebagai diameter pembukaan serviks
dalam sentimeter. Diameter 10 cm menunjukkan multigravida.
3) Effacement
(proses penipisan) serviks dapat terjadi sebelum persalinan pada nuligravida
tetapi lebih jarang terjadi sebelum kala satu persalinan pada ,multigravida.
4) Posisi
bagian terbawah janin biasanya dapat dipastikan melalui pemeriksaan dalam.
a) Presentasi
verteks. Fotanela dan sutura sagitalis teraba. Posisi ditentukan oleh letak
oksiput janin terhadap sisi kanan atau kiri ibu. Hal ini dinyatakan sebagai OA (Oksiput
Anterior), LOA (Oksiput anterior Kiri), LOP (oksiput Posterior kiri), dan
seterusnya.
b) Posterior bokong ditentukan oleh posisi sakrum
bayi terhadap sisi kanan atau kiri ibu. Hal ini dinyatakan sebagai SA (sakrum
anterior), LSA ( sakrum anterior kiri), LSP ( sakrum posterior kiri) dan
seterusnya.
c) Presentasi
muka disebabkan oleh ekstensi kepala janin pada leher, dagu, bagian wajah yang
menonjol dan dapat dikenali digunkaan sebegai titik acuan.
d) Presentasi
dahi, bregma dan sinsiput adalah presentasi pertengahan antara fleksi dan
ekstensi. Bisanya merupakan sikap sementara yang akan berubah selama persalinan
menjadi presentasi wajah atau oksiput.
e) Presentasi
lintang terjadi jika sumbu panjang tubuh janin tegak lurus dengan sumbu panjang
tubuh ibu. Satu bahu (akromnion) akan menempati pelvis atas, tetapi akan sangat
ke kanan dan ke kiri garis tengah tubuh. Karena itu, LADP
(akromiodorsoposterior kiri) berarti bahu bayi bagian bawah terletak di kiri
ibu dan punggung bayi menghadap ke punggung ibu.
f) Presentasi
majemuk, disebabkan oleh prolaps tangan, lengan, tungkai bawah atau kaki,
merupakan komplikasi dari salah satu presentasi lainnya. Presentasi yang tidak
lazim ini biasanya dicatat secara deskriptif tanpa singkatan.
Persiapan pasien untuk
persalinan, yaitu:
a. Siapkan
dan bersihkan pudendum. Guntinglah pendek rambut di seluruh perineum dan labia,
cuci menyeluruh dengan sabun atau detergen untuk operasi dan air. Tidak perlu
dicukur.
b. Jika
pelahiran belum dekat, dapat diberikan air hangat atau enema dengan busa sabun
ringan untuk mengosongkan usus bagian bawah. Namun, tindakan ini harus mendapat
persetujuan pasien.
c. Berjalan-jalan,
dalam batas-batas tertentu dapat menambah kenyamanan pasien. Namun, setelah
selaput ketuban pecah atau bagian terbawah janin sudah cakap (engage) mintalah pasien tetap di
ranjang untuk menghindari prolaps atau kompresi tali pusat.
d. Hanya
diperbolehkan minum cairan jernih selama persalinan untuk menghindari
dehidrasi.
e. Analgesia
sebaiknya tidak diberikan sampai persalinan benar-benar terjadi dengan
pembukaan serviks >3cm.
f. Lakukan
pemeriksaan luar dan dalam sesering yang diperlukan untuk menentukan kemajuan
persalinan.
g. Bersihkan
daerah vulva sebelum dan sesudah pemeriksaan dalam, setelah buang air besar dan
kecil atau ketika terkena cairan vagina.
h. Doronglah
pasien untuk sering buang air kecil.
2. Kala
II ( Kala Pengeluaran Janin )
Pada kala
pengeluaran janin, his terkoordinir, kuat cepat, dan lebih lama, kira – kira 2
-3 menit sekali. Kepala janin telah turun masuk ruang panggul sehingga
terjadilah tekanan pada otot – otot dasar panggul yang secara reflektoris
menimbulkan rasa mengedan. Karena tekanan pada rectum, ibu merasa seperti mau
buang air besar, dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his, kepala janin mulai
kelihatan, vulva membuka dan perineum meregang. Dengan his mengedan yang
terpimpin, akan lahirlah kepala, diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada
primi : 1 ½ - 2 jam, pada multi ½ - 1 jam.
Dalam melewati jalan lahir, bagian
presentasi janin akan mengalami
perubahan posisi, yang disebut pergerakan kardinal, yang merupakan
mekanisme persalinan. Pergerakan ini dirancang untuk menyesuaikan diameter
terkecil dari bagain presentasi janin dengan kontur dan beragam diameter
saluran panggul sehingga presentasi janin sedapat mungkin hanya mendapatkan
sedikit tahanan.
Pada minggu terakhir kehamilan, segmen bawah rahim
meluas untuk menerima kepala janin, terutama pada primi, dan juga pada multi
pada saat – saat partus mulai. Untunglah, bahwa hamper 96% janin adalah letak
kepala.
Pada letak
belakang kepala (LBK) dijumpai pula :
a.
Ubun – ubun kecil kiri depan = 58%.
b.
Ubun – ubun kecil kanan depan = 23%.
c.
Ubun – ubun kecil kanan belakang = 11%.
d.
Ubun – ubun kecil kiri belakang = 8%.
Kenapa lebih banyak letak kepala, dikemukakan 2 teori
:
a.
Teori akomodasi : bentuk rahim memungkinkan bokong dan
ektremitas yang volumenya besar berada di atas, dan kepala di bawah ruangan
yang lebih sempit.
b.
Teori gravitasi : karena kepala relative besar dan
berat, maka akan turun ke bawah. Karena his yang kuat, dan sering, maka kepala
janin turun memasuki pintu atas panggul (engagement).
Karena menyesuaikan diri dengan jalan lahir, kepala bertambah menekuk (fleksi
maksimal), sehingga lingkar kepala yang memasuki panggumg, dengan ukuran yang
terkecil.
Diameter
suboccipito – bregmatika = 9,5 cm dan Sirkumferensia suboccipito – bregmatika =
32 cm.
Mekanisme
persalinan terdiri atas kombinasi gerakan, beberapa siantaranya dapat terjadi
pada waktu bersamaan. Setelah terjadi, kontraksi uterus membawa modifikasi
penting dalam sikap janin, khususnya setelah kepala turun ke panggul. Adaptasi
janin terhadap jalan lahir ini meliputi garakan-gerakan berikut: penurunan
(descent), fleksi, rotasi internal, ekstensi, rotasi eksternal (restitusi), dan
ekspulsi/pengeluaran.
a.
Penurunan (descent),
prasyarat pertama untuk kelahiran saat kepala janin telah turun sehingga
diameter biparietal terbesarnya berada di atau melewati pintu atas panggul ,
kepala dikatakan telah mencakap (engaged) ini memberi indikasi jelas bahwa
pintu atas panggul cukup besar sehingga dapat mengakomodasi bagian terlebar
kepala janin dan memiliki ukuran yang adekuat. Penurunan adalah gerakan bagian
presentasi melewati panggul. Penurunan terjadi akibat tiga kekuatan :
1)
Tekanan dari cairan amnion
2)
Tekanan langsung kontraksi fundus pada janin
3)
Kontraksi diafragma dan otot-otot abdomen ibu pada
tahap kedua persalinan
Tingkat
penurunan diukur menggunakan stasiun bagian presentasi. Laju penurunan
meningkat pada tahap kedua persalinan. Pada kehamilan pertama, penurunan
berlangsung lambat, tetapi kecepatannya sama. Pada kehamilan berikutnya,
penurunan dapat berlangsung cepat. Kemajuan penurunan dapat diketahui melalui
palpasi abdomen (perasat Leopold) dan periksa dalam sampai bagian presentasi
terkihat pada introitus.
b.
Fleksi, terjadi di awal proses penurunan, saat kepala
menemui tahanan dari jaringan lunak panggul, dasar panggul dan serviks. Kepala
dapat menjadi sangat fleksi sehingga dagu bersentuhan dengan aternum, akibatnya
diameter antero-posterior terkecil (bidang suboksipitobregmatik) berada di
panggul.
c. Putaran
paksi dalam, pintu atas panggul ibu memiliki bidang paling luas pada diameter
transversanya. Dengan demikian, kepala janin melalui pintu atas dan masuk ke
dalam panggul sejati dengan posisi oksipitotranversa. Akan tetapi, bidang pintu
bawah panggul yang terluas ialah diameter anteroposterior. Supaya dapat keluar,
kepala janin harus berotasi (berputar pada sumbunya). Putaran paksi dalam
dimulai pada bidang setinggi spina iskiadika, tetapi putaran ini belum selesai
sampai bagian presentasi mencapai panggul bagian bawah. Ketika oksiput berputar
kea rah anterior, wajah berputar kea rah posterior. Setiap kali terjadi
kontraksi, kepala janin diarahkan oleh tulang panggul dan otot-otot dasar
panggul. Akhirnya, oksiput berada di garis tengah di bawah lengkung pubis.
Kepala hamper selalu berputar saat mencapai dasar panggul. Baik muskulus
levatorani maupun tulang panggul penting untuk putaran anterior. Riwayat cedera
persalinan sebelumnya dan anesthesia regional mengganggu fungsi otot levator.
d.
Ekstensi, sesudah oksiput keluar dari panggul, tengkuk
leher menjadi berada di bawah lengkung pubis dan ini merupakan sumbu putar
untuk kepala. Kepala terjadi, dan bagian depan kepala, wajah dan dagu dilahirkan.
e. Rotasi
eksternal (putaran paksi luar), Setelah kepala lahir, bayi berputar hingga
mencapai posisi yang sama dengan saat ia memasuki pintu atas. Gerakan ini
dikenal sebagai restitusi. Putaran 45 derajat membuat kepala janin kembali
sejajar dengan punggung dan bahunya. Dengan demikian, kepala dapat terlihat
berputar lebih lanjut. Putaran paksi luar terjadi saat bahu engaged dan turun
dengan gerakan yang mirip dengan gerakan kepala. Seperti telah diketahui, bahu
anterior turun terlebih dahulu. Ketika ia mencapai pintu bawah, bahu berputar
kea rah garis tengah dan dilahirkan di bawah lengkung pubis. Bahu posterior
diarahkan kea rah perineum sampai ia bebas keluar dari introitus vagina.
f.
Pengeluaran (Ekspulsi), hampir sesaat setelah rotasi
eksternal, bahu anterior muncul di bawah simfisis pubis dan diam sesaat di
bawah lengkung pubis untuk beraksi sebagai sumbu putar bagi bahu yang lain.
Saat batas anterior perineum terdistensi, bahu posterior dilahirkan, dibantu
dengan menarik tubuh bayi ke atas. Setelah bahu dilahirkan, badan segera
keluar.
Persiapan
pelahiran
a.
Letakkan pasien pada posisi litotomi yang dimodifikasi
untuk melahirkan. Posisi miring kiri (sims) atau berjongkok dapat digunakan
jika diperkirakan kelahiran spontan tanpa komplikasi.
b.
Dokter dan pendamping harus menyikat tangan dengan
cermat dan menggunakan masker, pelindung mata dan sarung tangan steril. Setiap
persalinan dapat berpenyulit dan memerlukan pembedahan.
c.
Berikan anestesi jika diperlukan (misalnya blok
pudendum).
d.
Bersihkan pudendum dengan air dan sabun untuk operasi.
e.
Tutupi pasien dengan handuk atau kain steril atau
keduanya.
f.
Alat-alat steril dan perlengkapan yang dibutuhkan
sudah disiapkan sebelumnya harus ditata rapi pada sebuah meja atau rak.
g.
Sarung tangan (dan apakaian operasi) harus diganti
jika terjadi kontaminasi.
Pelahiran
kepala
a.
Selama kala dua lanjut, kepala menonjol ke arah
perineum dan vulva setiap kali kontraksi uterus, normalnya dibantu oleh usaha
ibu secara volunter. Sebagian kecil kulit kepala terlihat. Bagian terbawah
janin sedikit mundur selama interval relaksasi, tetapi akan terlihatt crowning
ketika bagian terlebar (diameter biparietal) mendorong vulva tepat sebelum
keluar.
b.
Jangan mempercepat kelahiran, agar tidak terjadi
akibat serius pada ibu atau anak. Kendalikan kecepatan pelahiran dengan
pemberian tekanan pada bagian lateral di bawah simfisis jika diperlukan untuk
menghindari robekan pudendum atau terdorong keluarnya kepala bayi dengan tidak
disangka-sangka. Perubahan tekanan intrakranial yang besar dan mendadak dapat
menyebabkan perdarahan intrakranial. Ketika kepala semakin maju, kendalikan kemajuannya
dan pertahankan fleksi kepala dengan menekan di atas perineum. Tarik perineum
ke bawah untuk memungkinkan kepala meleawati korpus perineum. Tekanan yang
dilakukan di daerah koksigeus ke atas (perasat Ritgen yang dimodifikasi) akan
mengulurkan kepala pada saat yang tepat dan karenanya melindungi perineum dari
robekan.
c.
Jika direncanakan epiostomi, sebaiknay dikerjakan
ketika kepala janin mulai mendorong introitus. Pada presentasi verteks, dahi
segera terlihat, kemudian muka dan dagu dan akhirnya leher.
d.
Tali pusat melilit leher terjadi pada sekitar 20%
pelahiran. Perhatikan jumlah lilitan. Jika lilitan pada leher ketat, usahakan
melepaskan lilitasn tali pusat dengan lembut melalui kepala. Jika tindakan ini
tidak dapat dilakukan dengan mudah dan jika berupa satu lilitan, klem tali
pusat dua kali, gunting di antara klem, dan teruskan pelahiran. Usap cairan
dari hidung dan mulut, kemudian aspirasi jalan hidung dan orofaring dengan
suction karet yang lembut atau dengan kateter kecil yang disambungkan ke penangkap
suction tipe deLee.
e. Sebelum
putaran paksi luar (restitusi) yang terjadi kemudian, kepala biasanya tertarik
kembali ke arah perineum. Gerakan ini mendahului engagement bahu, yang kini memasuki pintu atas panggul.
f.
Selanjutnya sangga bayi secara manual dan bantu
mekanisme persalinan, jangan tergesa-gesa jika kontraksi yang kuat berkurang,
sabarlah-persalinan akan mulai lagi. Jika jalan nafas bersih, bayi dapat
bernafas dan tidak dalam bahaya.
Pelahiran bahu
a.
Pelahiran bahu harus pelan dan tidak tergesa-gesa.
Bahu harus berputar (atau diputar) ke diameter anteroposterior pintu bawah
panggul untuk dapat lahir.
b.
Tekanlah kepala dengan lembut ke arah koksigeus dari
belakang simfisis dengan tarikan mengenai simfisis. Kemudian angakat kepala ke
atas. Tindakan ini membantu pelahiran bahu posterior.
c.
Bahu anterior kemudian dari belakang simfisis dengan
tarikan ringan ke bawah. Jari telunjuk dan jari tengah harus menekan kuat ramus
mandibula sementara jari telunjuk dan jari tengah tangan yang lain menekan lembut
dan sama kuat pada oksiput. Memasukkan beberapa jari ke dalam vagina untuk
membantu pelahiran lengan belakang dianjurkan, tetapi tekanan yang tidak
semestinya harus dihindari.
d.
Pada presentasi verteks, tangan dapat terlihat setelah
kepala. Usapkan tangan dan lengan bayi pada mukanya, tarik lengan keluar dan
lahirkan bahu yang lain seperti uraian di atas.
Pelahiran tubuh dan ekstremitas
Tubuh dan tungkai bayi sebaiknya dilahirkan bertahap
dengan tarikan ringan setelah bahu sudah bebas.
Perawatan Segera Bayi
a.
Segera setelah bayi dilahirkan, pegang bayi dengan
kepala berada lebih rendah (tidak lebih dari 15 derajat) untuk mengalirkan
cairan dan lendir dari orofaring. Kateter penangkap lendir atau alat penghisap
yang sejenis berguna untuk membersihkan jalan nafa. Jika bayi berada di bawah
krtinggian insersi plasenta, darah akan mengalir dari plasenta dan tali pusat
ke bayi baru lahir. Akan keluar sekita 30-90 ml darah sebelum tali pusat di
klem atau plasenta terpisah. Kelebihan darah ini dapat menguntungkan sebagian
neonatus dan membahayakan sebagian lainnya (misal: bayi kembar dengan
plethora).
Meletakkan bayi di atas perut ibu
sebelum denyut tali pusat berhenti mempunyai beberapa potensi kerugian :
mencemarkan daerah steril, bayi tidak aman berada disana dan darah mengalir
dari bayi ke plasenta (biasanya tidak diinginkan).
b.
Nilai keadaan bayi dan berikan resusitasi jika
diperlukan.
c.
Klem dan gunting tali pusat ketika sudah berhenti
berdenyut (atau lebih awal jika bayi
prematur atau dalam keadaan gawat, atau jika mungkin terjadi isoimunisasi).
Periksa tali pusat apakah terdapat dua arteri dan satu vena yang normal. Pasang
klem tali pusat sterik, ikat dengan pengikat tali pusat atau pita karet i
sebelah distal dari batas kulit pada insersi tali pusat pada imbilikus. Balut
ujung tali pusat dengan kassa kering.
d.
Bayi baru lahir harus diterima dengan handuk bersih
hangat atau selimut dan hindari kedinginan. Cantumkan tanda pengenal
(misal:kalung,gelang).
e.
Pada saat ini, orang tua mungkin ingin menggendong
bayinya dan ibu dapat mulai menyusui.
f.
Kemudian berikan profilaksis untuk mata bayi.
(terhadap gonore dan klamidia). Salep mata eritomisin atau tetrasiklin paling
sering digunakan karena lebih protektif dan menyebabkan lebih sedikit iritasi
mata dibandingkan sediaan perak nitrat.
g.
Periksa bayi dan catat nilai Apgar, berat badan,
panjang badan, panjang kepala-pantat, lingkar bahu, lingkar kepala dan diameter
kepala. Perhatikan kelainan-kelainan pada muka, perifer, genital atau yang
lainnya.
Perawatan Segera Ibu Setelah Melahirkan
a.
Amati dengan cermat perineum, vagian dan serviks
adakah laserasi, hematoma, atau perluasan epiostomi. Kenali robekan sulkus, trauma
pada serviks dan uretra serta trauma-trauma lainnya. Robekan jalan lahir dapat
diuraikan berdasarkan luasnya (dinyatakan dengan derajat pertama smpai
keempat).
1)
Laserasi derajat pertama, hanya mukosa atau kulit atau
keduanya yang rusak. Perdarahan biasanya minimal.
2)
Laserasi derajat kedua meliputi robekan mukosa kulit
atau keduanya ditambayh pengelupansan fasia superfisial dan otot perineum
transversum. (sfinghter ani tidak terkena). Perdarahan seringkali berlangsung
singkat.
3)
Laserasi derajat ketiga, meliputi struktur yang
disebutkan pada laserasi derajat dua ditambah sfinghter ani. Diperkirakan
kehilangan darah dalam jumlah sedang.
4)
Laserasi derajat ke empat, meliputi struktur yang
tercakup pada derajat ketiga dan masuk ke dalam rumen rektum. Perdarahan dapat
banyak dan kontaminasi oleh feses tidak dapat dihindari.
b.
Kendalikan kehilangan darah dan perbaiki laserasi
derajat kedua sampai ke empat.
3.
Kala III ( Kala Pengeluaran Uri)
Setelah bayi
lahir, kontraksi rahim istirahat sebentar. Uterus teraba keras dengan fundus
uteri setinggi pusat, dari plasenta yang menjadi tebal 2 x sebelumnya. Beberapa
saat kemudian, timbul his pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5 – 1
menit seluruh lasenta terlepas, terdorong kedalam vagina dan akan lahir spontan
atau dengan sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri. Seluruh
proses biasanya berlangsung 5 – 30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran
plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira – kira 100 – 200 cc.
Hindari
tarikan tali pusat sebelum plasenta lepas dan jangan meremas fundus uteri untuk
melepaskan plasenta. Penarikan tali pusat dapat menyebabkan laserasi tali pusat
dan meremas fundus dapat menyebabkan perdarahan, inversi uteri dan renjatan.
Angka kesakitan dan kematian ibu meningkat dengan hilangnya darah dalam jumlah
besar. Uterus yang berkontraksi dan tetap berkontraksi jatang mengalami
perdarahan banyak.
Teknik
Brandt-Andrew (Modifikasi)
a.
Segera setelah bayi lahir, klemlah tali pusat dekat
vulva. Palpasi uterus dengan lembut tanpa memijat untuk menentukan apakah
terjadi kontraksi kuat.
b.
Setelah beberapa kali kontraksi uterus dan adanya
perubahan ukuran serta bentuk yang menujukkan lepasnya plasenta, peganglah klem
kuat-kuat pada vulva dengan satu tangan, letakkan ujung-ujung jari tangan yang
lain pada abdomen ibu, dan tekan antara fundus dan simfisis untuk mengangkat
fundus. Jika plasenta sudah lepas, tali pusat akan keluar dari vagina.
c.
Angkatlah fundus lebih jauh, lakukan penarikan ringan
tali pusat dan lahirkan plasenta dari vagina.
Pelepasan
dan pengeluaran plasenta secara manual
Merupakan
teknik langsung yang efekstif, namun cara ini merupakan tindakan invasif dan
seringkali diperlukan anestesti yang efektif. Penegluaran plasenta secara
manual sebaiknya hanya dilakukan jika ada indikasi dan operator berpengalaman.
a.
Bersihkan lagi perineum dan vulva dengan sabun dan
larutan antiseptik.
b.
Bentuk tangan sesempit mungkin, masukkan perlahan ke
dalam vagina dan rabalah adanya defek dalam vagina dan serviks. Telusuri secra
perlahan melalui serviks dengan jari-jari, hati-hati jangan sampai merobek
jalan lahir.
c.
Tentukan letak dan lepaskan plasenta jika dapat
dikerjakan dengan mudah. Jangan berusaha melawan kepingan plaenta jika terdapat
tahanan yang tidak biasa (plasenta akreta).
d.
Raba fundus adakah defek atau tumor.
e.
Keluarkan tangan sambil menggenggam plasenta yang
sudah lengkap terpisah atau tinggalkan plaenta jika melekat kuat.
Oksitosin
setelah melahirkan
Setelah
plasenta lahir, pemberian oksitosin 5-10 U IV 5 menit untuk membatasi
kehilangan darah merupakan tindakan yang umum dikerjakan (,eskipun pada
sebagian kasus tidak diperlukan).
Pengamatan
setelah melahirkan, yaitu:
a.
Ibu harus tetap di bawah pengawasan ketat paling
sedikit selama 1 jam setelah plasenta lahir. Perhatikan tanda-tanda vital dan
reaksi ibu. Catat tekanan darah, denyut nadi dan keteraturannya serta jumlah
darah yang keluar dari vagina setiap 15 menit atau lebih sering jika
diperlukan. Topang fundus uteri. Pijat dengan lembut dan sering untuk
mempertahankan kontraksi yang kuat. Sesekali keluarkan gumpalan darah dan
diperkirakan jumlah total darah yang hilang setelah 1 jam.
b.
Waspada terhadap keluhan nyeri hebat pada perineum
yang mengarah pada pembentukan hematoma.
4.
Kala IV
Adalah kala pengawasan selama 1 jam
setelah bayidan uri lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya
perdarahan postpartum.
Lamanya persalinan pada primi dan mulai adalah :
Primi
|
Multi
|
|
Kala I
|
13 jam
|
7 jam
|
Kala II
|
1 jam
|
½ jam
|
Kala III
|
½ jam
|
¼ jam
|
Lama persalinan
|
14 ½ jam
|
7 ¾ jam
|
Darah yang
keluar harus ditakar sebaik – baiknya. Kehilangan darah pada persalinan biasa
disebabkan oleh luka pada penglepasan uri dan robekan pada serviks dan
perineum. Rata – rata dalam batas normal, jumlah perdarahan adalah 250 cc,
biasanya 100 – 300 cc. bila pedarahan lebih dari 500 cc ini sudah dianggap
abnormal; harus dicari sebab – sebabnya. Penting diingat; jangan meninggalkan
wanita bersalin 1 jam sesudah bayi dan urin lahir. Sebelum pergi meninggalkan
ibu yang baru melahirkan, periksa ulang dan perhatikanlah 7 pokok penting
berikut :
a.
Kontraksi rahim : baik atau tidak dapat diketahui
dengan palpasi. Bila perlu dilakukanlah message dan berikan uterus tonika :
methergen, ermetrin dan pitosin.
b.
Perdarahan : ada atu tidak, banyak atau biasa.
c.
Kandung kencing : harus kosong, kalau penuh ibu
disuruh kencing dan kalau tidak bisa lakukan kateter.
d.
Luka – luka : jahitannya baik atau tidak, ada
perdarahan atau tidak.
e.
Uri dan selaput harus lengkap.
f.
Keadaan umum ibu : tekanan darah, nadi, pernapasan,
rasa sakit.
g.
Bayi dalam keadaan baik.
G. Adaptasi
Janin dan Ibu
Adaptasi Terhadap Persalinan
Ibu dan janin harus beradaptasi
secara anatomis dan fisiologis selama proses persalinan. Pengkajian ibu dan
janin yang akurat membutuhkan pengetahuan tentang adaptasi yang diharapkan
terjadi. Adaptasi ada 2 yaitu:
1. Adaptasi
Janin
Adaptasi
anatomis yang harus dialami janin untuk melalui jalan lahir telah dibahas.
Beberapa adaptasi fisiologis yang penting juga harus terjadi. Perawat harus
mengetahui perubahan-perubahan yang akan terjadi terkait dengan denyut jantung
janin, sirkulasi janin, gerakan napas, dan perilaku lain.
a.
Denyut Jantung Janin
Pemantauan denyut jantung janin
(DJJ) memberi informasi yang dapt dipercaya dan dapat digunakan untuk
memprediksi keadaan janin yang berkaitan dengan oksigenasi. Stress pada unit
uteroplasenta akan tercermin dalam pola DJJ yang khas. Adalah penting bagi
perawat untuk memiliki pengetahuan dasar tentang factor-faktor yang terlibat
dalam oksigenasi janin dan tentang respon janin yang menunjukkan oksigenasi
janin yang adekuat.
DJJ rata-rata pada aterm ialah 140
denyut/menit. Batas normalnya ialah 110 sampai 160 denyut/menit. Pada kehamilan
yang lebih muda, DJJ lebih tinggi dengan nilai rata-rata sekitar 160 denyut /
menit pada usia gestasi 20 minggu. Laju denyut akan menurun secara progresif
dengan semakin matangnya janin saat mencapai aterm. Akan tetapi, percepatan
sementara dan deselarasi DJJ yang sedikit dini dapat terjadi sebagai respon
terhadap gerakan janin yang spontan, periksa dalam, tekanan fundus, kontraksi
uterus, dan palpasi abdomen.
b.
Sirkulasi Janin
Sirkulasi janin dapat dipengaruhi
oleh banyak factor. Diantaranya ialah posisi ibu, kontraksi uterus, tekanan
darah, dan aliran darah tali pusat. Kontraksi uterus selama persalinan
cenderung mengurangi sirkulasi melalui arterifol spiralis, sehingga mengurangi
perfusi melalui ruang intervilosa. Kebanyakan janin sehat mampu mengompensasi
stress ini. Biasanya aliran darah tali pusat tidak terganggu oleh kontraksi
uterus atau posisi janin.
c.
Pernapasan dan Perilaku Janin
Perubahan-perubahan tertentu
menstimulasi kemoresptor pada aorta dan badan carotid guna mempersiapkan janin
untuk memulai pernapasan setelah lahir. Perubahan-perubahan ini meliputi
hal-hal berikut :
1)
7 sampai 42 ml
air ketuban diperas keluar dari paru-paru (selama persalinan pervaginam).
2)
Tekanan oksigen (Po2) janin menurun.
3)
Tekanan karbon dioksida (Pco2) arteri meningkat
4)
pH arteri menurun.
d.
Gerakan janin masih sama seperti pada masa hamil,
tetapi menurun setelah ketuban pecah.
2.
Adaptasi Ibu
Pemahaman yang mendalam tentang
adaptasi Ibu selama masa hamil akan membantu perawat mengantisipasi dan
memenuhi kebutuhan wanita selama bersalinan. Perubahan lebih lanjut terjadi
seiring kemajuan tahapan persalinan wanita itu. Berbagai system tubuh
beradaptasi terhadap proses persalinan, menimbulkan gejala, baik yang bersifat
obyektif maupun subyektif.
a.
Perubahan Kardiovaskuler
Perawat dapat berharap akan
menemukan beberapa perubahan pada system kardiovaskuler wanita selama
bersalinan. Pada setiap kontraksi, 400 ml darah dikeluarkan dari uterus dan
masuk ke dalam system vaskuler ibu. Hal ini akan meningkatkan curah jantung
sekitar 10% sampai 15% pada tahap pertama persalinan dan sekitar 3% sampai 50%
pada tahap kedua persalinan.
Perawat dapat mengantisipasi
perubahan tekanan darah. Ada beberapa factor yang mengubah tekanan darah ibu.
Aliran darah, yang menurun pada arteri uterus akibat kontraksi, diarahkan
kembali ke pembuluh darah perifer. Timbul tahanan perifer, tekanan darah meningkat,
dan frekuensi denyut nadi melambat. Pada tahap pertama persalinan, kontraksi
uterus meningkatkan tekanan sistolik sampaisekitar 10 mmHg. Oleh karena itu,
pemeriksaan tekanan darah diantara kontraksi memberi data yang lebih akurat.
Pada tahap kedua, kontraksi dapat meningkatkan tekanan sistolik sampai 30 mmHg
dan tekanan diastolic sampai 25 mmHg. Akan tetapi, baik tekanan sistolik maupun
diastolic akan tetap sedikit meningkat diantara kontraksi. Wanita yang memang
memiliki risiko hipertensi kini risikonya meningkat untuk mengalami komplikasi,
seperti perdarahan otak.
Wanita harus diberi tahu bahwa ia
tidak boleh melakukan maneuver valsalva (menahan napas dan menegangkan otot
abdomen) untuk mendorong selama tahap kedua. Aktivitas ini menigkatkan tekanan
intratoraks, mengurangi aliran balik vena, dan meningkatkan tekanan vena. Curah
jantung dan tekanan darah meningkat, sedangkan nadi melambat untuk sementara.
Selama wanita melakukan maneuver valsalva, janin dapat mengalami hipoksia.
Proses ini pulih kembali saat wanita menarik napas.
Hipotensi supine terjadi saat vena
kava asenden dan aorta desenden tertekan. Ibu memiliki risiko lebih tinggi
untuk mengalami hipotensi supine, jika pembesaran uterus berlebihan akibat
kehamilan kembar, hidramnion, obesitas, atau dehidrasi dan hipovelemia. Selain
itu, rasa cemas dan nyeri serta penggunaan analgesic dan anestetik dapat
menyebabkan hipotensi.
Sel darah putih (SDP) menigkat,
sering kali sampai > 25.000/mm3. Meskipun mekanisme yang menyebabkan jumlah
sel darah putih meningkat masih belum diketahui., tetapi diduga hal itu terjadi
akibat stress fisik atau emosi atau trauma jaringan. Persalinan sangat
melelahkan. Melakukan latihan fisik saja dapat meningkatkan jumlah sel darah
putih.
Terjadi beberapa perubahan pembuluh
darah perifer, kemungkinan sebagai respon terhadap dilatasi serviks atau
kompresi pembuluh darah ibu oleh janin yang melalui jalan lahir. Pipi menjadi
merh, kaki panas atau dingin, dan terjadi prolaps hemoroid.
b.
Perubahan pernapasan
Sistem pernapasan juga beradaptasi.
Peningkatan aktivitas fisik dan peningkatan pemakaian oksigen terlihat dari
peningkatan frekuensi pernapasn. Hiperventilasi dapat mnyebabkan alkalosis
respiratorik (pH meningkat), hipoksia dan hipokapnea (karbondioksida menurun).
Pada tahap kedua persalinan, jika wanita tidak diberi obat-obatan, maka ia akan
mengonsumsi oksigen hamper dua kali lipat. Kecemasan juga meningkatkan
pemakaian oksigen.
c.
Perubahan pada Ginjal
Pada trimester kedua, kendung kemih
menjadi organ abdomen. Apabila terisi, kandung kemih dapat teraba di atas
simfisis pubis. Selama persalinan, wanita dapat mengalami kesulitan untuk
berkemih secara spontan akibat berbagai alas an edema jaringan akibat tekanan
bagian presentasi, rasa tidak nyaman, sedasi, dan rasa malu. Proteinuria +1
dapat dikatakan normal dan hasil ini merupakan respons rusaknya jaringan otot
akibat kerja fisik selama persalinan.
d.
Perubahan Integumen
Adaptasi system integument jelas terlihat
khususnya pada datya distensibilitas daerah introitus vagina (muatra vagina).
Tingkat distensibilitas ini berbeda-beda pada setiap individu. Meskipun daerah
itu dapat meregang, namun dapat terjadi robekan-robekan kecil pada kulit
sekitar introitus vagina sekalipun tidak dilakukan episiotomy atau tidak
terjadi laserasi.
e.
Perubahan Muskuloskeletal
System musculoskeletal mengalami
stress selama persalinan. Diaphoresis, keletihan, proteinuria (+1), dan
kemungkinan penigkatan suhu menyertai peningkatan aktivitas otot yang menyolok.
Nyeri punggung dan nyeri sendi (tidak berkaitan dengan posisi janin) terjadi
sebagai akibat semakin renggangnya sendi pada masa aterm. Proses persalinan itu
sendiri dan gerakan meluruskan jari-jari kaki dapat menimbulkan kram tungkai.
f.
Perubahan Neurologi
System neurologi menunjukkan bahwa
timbul stress dan rasa tidak nyaman selama persalinan. Perubahan sensoris
terjadi saat wanita masuk ke tahap pertama persalinan dan saat masuk ke setiap
tahap berikutnya. Mula-mula ia mungkin merasa euphoria. Euphoria membuat wanita
menjadi serius kemudian mengalami amnesia di antara traksi selama tahap kedua.
Akhirnya, wanita merasa sangat senang atau merasa letih setelah melahirkan.
Endorphin endogen (senyawa mirip morfin yang diproduksi tubuh secara alami)
meningkatkan ambang nyeri dan menimbulkan sedasi. Selain itu, anesthesia
fisiologi jaringan perineum, yang ditimbulkan teanan bagian presentasi,
menurunkan persepsi nyeri.
g.
Perubahan Pencernaan
Persalinan mempengaruhi system
saluran cerna wanita. Bibir dan mulut dapat menjadi kering akibat wanita
bernapas melalui mulut, dehidrasi, dan sebagai respon emosi terhadap
persalinan. Selama persalinan, motilitas dan absorpsi saluran cerna menurun dan
waktu pengosongan lambung menjadi lambat. Wanita seringkali merasa mual dan
memuntahkan makanan yang belum dicerna setelah bersalin. Mual dan sendawa juga
terjadi sebagai respon reflex terhadap dilatasi serviks lengkap. Ibu dapat
mengalami diare pada awal persalinan. Perawat dapat meraba tinja yang keras atau
tertahan pada rectum.
h.
Perubahan Endokrin
System endokrin aktif selama
persalinan. Awitan persalinan dapat diakibatkan oleh penurunan kadar
progesterone dan peningkatan kadar esterogen, prostaglandin, dan oksitosin.
Metabolism meningkat dan kadar glukosa darah dapat menurun akibat proses
persalinan.
H. Prosedur
Menolong Persalinan
Bahan / alat
a. Peralatan bersih:
1)
Pengalas
2)
Celemek
3)
Bengkok
4)
Larutan DTT
5)
Tensi meter
6)
Selimut bayi
b. Bak instrumen steril yang berisi:
1) Duk steril 2 buah
2) Hand schoon 2 pasang
3) Klem 2 buah
4) Gunting tali pusat
5) Oksitosin 10 U dalam spuit
6)Penjepit tali pusat
7) kasa steril
c. Cara Kerja
a.
Memperkenalkan diri
b. Menjelaskan tujuan dan langkah prosedur
c. Menyiapkan peralatan dan menjaga privacy
d. Melakukan observasi tanda-tanda kala II
e. Mencuci tangan
f. Memakai celemek dan memasang pengalas
g. Mengatur posisi dorsal recumben
h. Memakai sarung tangan dan melakukan pemeriksaan
dalam
i. Memimpin meneran dengan tangan kanan menahan
perineum
j. Melahirkan bayi dengan teknik sangga susur
k. Memberikan injeksi oksitosin 10 unit IM
l. Menjepit tali pusat dan memotongnya
m. Melakukan penegangan tali pusat terkendali
n. Melahirkan plasenta
o. Membereskan alat dan cuci tangan
p.
Melakukan observasi kala IV
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Persalinan
adalah proses pergerakan keluar janin, plasenta, dan membrane dari dalam rahim
melalui jalan lahir. Berbagai perubahan terjadi pada system reproduksi wanita
dalam hitungan hari dan minggu sebelum persalinan dimulai. Persalinan sendiri
dapat dibahas dalam bentuk mekanisme yang terjadi selama proses dan tahapan
yang dilalui wanita.
Persalinan
merupakan proses normal, berupa kontraksi
uterus involunter yang efektif dan terkoordinasi, yang menyebabkan penipisan
dan dilatasi serviks secara progresif serta penurunan dan pelahiran bayi dan
plasenta. Mendekati akhir proses persalinan dapat dipercepat dengan upaya
mengejan yang volunter untuk membantu pelahiran hasil konsepsi.
DAFTAR
PUSTAKA
Reeder,Sharon J
dkk.2011.Keperawatan Maternitas:Kesehatan
Wanita, Bayi & Keluarga.Jakarta:EGC
Leveno,Kenneth
J.2009.Obstetri Williams Panduan Ringkas.Jakarta:EGC
Benson,Ralph.C
& Martin L.Pernoll.2008.Buku Saku
Obstetri dan Ginekologi edisi 9.Jakarta:EGC
Cunningham,dkk.2012.Obstetri Williams Edisi 23.Jakarta:EGC
As reported by Stanford Medical, It is really the SINGLE reason this country's women get to live 10 years longer and weigh an average of 42 lbs less than us.
BalasHapus(And actually, it is not about genetics or some hard exercise and EVERYTHING about "how" they eat.)
BTW, What I said is "HOW", not "WHAT"...
TAP this link to uncover if this little quiz can help you release your true weight loss potential