HIDANGAN KESEMPATAN
KHUSUS PADA HARI KEAGAMAAN INDONESIA
HARI
KHUSUS KEAGAMAAN ISLAM.
1.
Hari Raya Idul Fitri.
Makanan
khas di hari Raya Idul Fitri adalah ketupat, burasa’(terbuat dari ketan khas
Sulawesi Selatan), lappa’-lappa’(terbuat dari beras ketan, namun dibungkus
dengan janur. Makanan khas Sulawesi Selatan) sebagai karbohidratnya. Dan untuk
lauk beraneka macam mulai dari opor ayam, sambal goreng kreni, sambal goreng
krecek, sambal goreng hati, sambal goreng kacang tolo, atau bahkan dari masing-
masing sambal goreng dipadupadankan sesuai selera. Bahkan docang juga disajikan
sebagai menu pelengkap di hari nan fitri. Minuman dan kue-kue kering pun
senantiasa menemani kita dalam acara halal bihalal di hari Raya Idul Fitri.
2.
Hari Raya Idul Adha.
Hari
Raya Idul Adha adalah hari dimana umat muslim melaksanakan qurban yang berupa
kambing dan sapi, tidak hanya sebatas itu, mereka juga memberikan daging qurban
kepada yang berhak. Kepada orang-orang yang memang telah ditentukan oleh
Allah.S.W.T. disaat hari raya tersebut,
banyak sekali olahan daging yang dapat dibuat. Sehingga lebih menyemarakkan
suasana, daging tersebut biasa diolah oleh warga Indonesia sebagai lauk.
Seperti: sate kambing, sate sapi, rendang, gulai kambing, bakso sapi, terik
sapi, atau bahkan olahan lain yang sifatnya lebih tahan lama. Yaitu dibuat
menjadi sosis, kornet, nugget, bakso, abon,dll.
3.
Bulan Ramadhan.
Bulan
Ramadhan merupakan bulan yang penuh berkah bagi umat muslim di seluruh dunia.
Mereka melaksanakan perintah Alla.S.W.T. untuk berpuasa selama satu bulan. Di
bulan tersebut, terdapat beberapa hidangan sahur ataupun hidangan buka puasa
yang menarik untuk dimakan. Apalagi ketika menjelang buka puasa, mereka
ngabuburit sambil membeli beberapa makanan dan minuman yang dijajakan di setiap
daerah. Bahkan, ada pasar dadakan yang menyediakan beberapa menu buka puasa
yang sangat khas. Diantaranya adalah kurma, kolak pisang, es cendol, es campur,
es teh tubruk, es timun suri, es buah, aneka olahan bubur manis, aneka kue,
aneka snack, bubur ayam, es pisang ijo,dll. Di beberapa daerah ada makanan buka
puasa yang khas di Bulan Ramadhan yaitu kicak khas yogyakarta, es kopi luwak
khas lampung barat, pakat khas tapanuli, bongko kopyor khas gresik dan sate
susu khas denpasar.
HARI
KHUSUS KEAGAMAAN HINDU
Hari raya Nyepi merupakan salah satu
perayaan bagi umat Hindu. Tahun ini, hari raya Nyepi jatuh pada tanggal 21
Maret 2015. Selain melakukan doa atau sembahyang, pada perayaan ini juga
terdapat menu-menu khas untuk bersantap bersama.
pilihan menu saat
hari raya Nyepi.
ENTIL
Entil
merupakan makanan tradisional masyarakat desa Wongaya Gede yang dibuat khusus
pada hari raya Nyepi. Makanan ini sejenis ketupat yang dibuat dari beras
kemudian dibungkus daun lalu diikat dengan bambu. Proses perebusan yang semakin
lama membuat rasanya akan semakin nikmat dan dapat bertahan lama. Pada zaman
dahulu Entil menjadi menu utama hari raya Nyepi karena pada hari raya Nyepi
tidak diperbolehkan menyalakan api.
NASI TEPENG
Makanan
tradisional khas Gianyar Bali ini memiliki rasa yang pedas dengan bumbu aneka
rempah pilihan yang dimasak menjadi satu. Masakan ini berisi sayuran seperti
kacang panjang, kacang merah, nangka muda, terong, dan daun kelor serta
tambahan kelapa parut diatasnya. Nasi Tepeng disajikan dengan menggunakan daun
pisang sehingga menjadikan rasanya lebih nikmat.
PULUNG NYEPI
Hidangan
khas kelurahan Sukasada ini merupakan salah satu jajanan yang dipakai dalam
tradisi umat Hindu dalam memperingati hari raya Pengerupukan yaitu satu hari
sebelum hari rayaNyepi. Bahannya terbuat dari tepung beras yang dicampur dengan
tepung kanji lalu dikukus, diuleni, dibentuk, kemudian direbus hingga matang,
dan disajikan dengan parutan kelapa muda diatasnya.
LAWAR
Makanan
ini terbuat dari campuran sayuran dan daging cincang yang diberi bumbu khas
Bali. Penamaan Lawar sendiri tergantung dari jenis bahan yang digunakan. Jika
menggunakan sayuran dari nangka muda maka namanya menjadi LawarNangka, begitu
pula dengan bahan lainnya.
AYAM BETUTU
Ayam
Betutu merupakan makanan yang sering kali dijadikan sajian untuk acara
sesembahan saat Upacara keagamaan umat Hindu. Ayam Betutu diolah dengan cara
dipanggang dalam api sekam. Ayam Betutu ini merupakan masakan kebanggaan dan
khas masyarakat Bali
CEROROT
Cerorot
merupakan jajanan kue basah yang paling disukai oleh anak-anak, karena rasanya
yang manis dan bentuknya yang unik. Cerorot memiliki bentuk yang memanjang
seperti kerucut dan dibentuk dari cetakan kulitental. Adonan yang telah diuleni
kemudian dimasukkan kedalam cetakan dan dikukus hingga matang.
JAJA APEM
Jajanan
ini sering kali tersedia saat acara keagamaan dan upacara adat. Jajanan ini
dibuat dari tepung beras yang difermentasi dengan tape singkong dan air kelapa.
Kemudian dicetak pada daun pisang yang dibuat kerucut lalu dikukus hingga
matang.
SAMBAL DAN JUKUT UNDIS
Undis adalah salah satu sayuran khas Bali yang berbentuk seperti kacang
polong. Di Bali, Undis biasanya diolah menjadi sambel atau sayuran berkuah.
Undis dimasak dengan berbagai rempah, cabai, dan juga terasi, sehingga kuah
yang dihasilkan olahan undis berwarna agak gelap.
SATE LILIT TENGIRI
Sate yang berbahan dasar dari olahan ikan tenggiri ini juga
berasal khas dari Bali. Ikan tenggiri yang dicampurkan dengan berbagai macam
rempah yang ditempelkan pada tusuk sate
HARI KHUSUS KEAGAMAAN KRISTEN
Ayam Rica-Rica Makanan yang dominan dengan rasa pedas ini merupakan makanan khas Manado, Sulawesi Utara. Dalam bahasa Manado, rica-rica sendiri artinya "pedas" atau "cabai". Ayam rica-rica biasanya disajikan dengan nasi dan bahan pelengkap seperti bawang goreng dan mentimun.
- Kue Lampet/Lapet
Lampet atau sering ditulis Lapet adalah jajanan tradisional Batak dari Tapanuli, Sumatera Utara. Lampet biasanya berbentuk seperti piramida dan dibungkus dengan daun pisang. Dalam membuat lampet tidak begitu rumit, mulai dari mencampur tepung beras dan kelapa parut, lalu ditambah oleh parutan gula dan air. Setelah adonan penuh kemudian dibungkus dengan daun pisang dan kukus sampai matang.
- Kue Bagia/ Bagea
Kue berwarna coklat dan berbentuk bulat ini berasal dari NTT. Bagea terbuat dari sagu. Untuk membuat kue ini, cukup menggunakan gula halus, biji kenari cincang, tepung sagu, minyak sayur, tepung terigu yang diayak, kacang cincang halus, bubuk kayu manis, dan bubuk cengkeh. Kue ini sangat pas dipadukan dengan teh/kopi saat kumpul dengan keluarga di hari Natal nanti.
- Ikan Kuah Kuning (Ambon)
Makanan yang berbahan ikan tuna atau ikan mubara ini dalam pembuatannya akan dibumbui dengan kapur dan kunyit. Ikan kuah kuning, menjadi makanan wajib di Ambon saat pada perayaan Natal. Makanan ini biasanya dipadukan dengan Papeda, hidangan utama di Ambon selain nasi.
Kue Lampu-lampu. Kue basah berbahan tepung beras ini bercita rasa unik dengan perpaduan manis gula merah dan gurih santan. Aroma yang kuat dan harum dari daun pandan dan daun pisang juga menjadikan kue ini begitu menggoda. Kue ini biasanya berwarna hijau yang didapat dari air perasan daun suji.
Kue Biji-biji. Kue ini mirip dengan kue biji ketapang khas Betawi. Bahan dasar kue ini antara lain tepung terigu, telur, gula, dan santan. Adonan kue ini kemudian digoreng dalam minyak yang panas.
Ikan Rica-rica. Rica dalam bahasa Manado artinya pedas atau cabaik. Nah, sesuai dengan namanya, masakan ini memiliki cita rasa yang pedas. Makanan ini disajikan dengan nasi dan bahan pelengkap seperti bawang goreng dan mentimun.
Nasi Jaha. Nasi Jaha berasal dari kata Nasi dan Jahe. Sesuai namanya, hidangan ini menggunakan berbagai bumbu rempah-rempah. Nasi Jaha mirip dengan nasi lemang (di daerah Jawa). Makanan khas Manado ini berbahan dasar ketan dan santan yang dimasukkan ke dalam batang bamboo berlapis daun pisang yang kemudian dibakar. Nasi Jaha biasa disantap bersama abon daging rusa, sapi, atau ikan cakalang. Terkadang juga dimakan bersama gulai dan kari.
Sayur Pangi. Sayur pangi menggunakan daun muda dari kluwak sebagai bahan dasarnya. Daun kluwak diiris lembut lalu diberi bumbu dengan berbagai rempah dan dimasak dalam buluh bamboo yang dipanaskan dekat api.
Saut. Saut merupakan sayuran dari batang pisang muda. Sayur ini selalu tersedia saat pesta Natal. Batang pohon pisang muda diiris lembut lalu dibumbui sama persis dengan pangi dan biasanya dicampur dengan daging ayam atau babi. Rasanya gurih serta sedikit keras.
Woku Belanga. Belanga adalah wajan untuk memasak atau menggoreng, sementara woku adalah bumbu masakan dengan banyak rempah-rempah. Cara memasaknya, semua bumbu dihaluskan dan dioleskan pada ikan sebelum dimasukkan dalam belanga. Bumbu ditumis dalam belanga baru ikannya dimasukkan terakhir. Masakan ini mirip dengan bumbu pepes ikan.
Hidangan Natal Khas Ambon:
Nasi Pulu Unti. Meskipun bernama nasi, tapi makanan ini terbuat dari ketan yang terbungkus daun pisang dengan topping parutan kelapa dan gula merah.
Kue Poporcis (Poffertjes). Kue ini biasa disantap sebagai sarapan saat Natal. Rasanya mirip pancake, dan memiliki campuran gula pasir. Kue ini diadaptasi dari Belanda, yaitu Poffertjes. Kue ini biasanya terbuat dari labu kuning dengan tepung terigu. Agar tampil lebih cantik, gula halus ditaburkan di atas kue.
Papeda atau bubur. Papeda merupakan makanan pokok masyarakat Ambon yang terbuat dari tepung sagu. Papeda biasanya disantap dengan ikan kuah kuning.
Ikan Kuah Kuning. Hidangan ini terdiri dari ikan tongkol atau ikan mubara yang dibumbui dengan kunyit dan jeruk nipis. Ikan kuah kuning pasti ada pada saat Natal, sebagai teman pendamping papeda.
Tuturuga. Bagi sebagian orang yang tidak terbiasa, mungkin makanan ini sedikit ekstrim. Tuturuga adalah makanan khas dari daging Penyu atau hewan sejenis kura kura yang dimasak seperti kari dengan tingkat cita rasa sangat pedas. Orang Ambon menyebut penyu dengan nama Tuturuga.
Sambal Colo-colo merupakan bumbu untuk ikan bakar, khususnya ikan cakalang. Terbuat dari air jeruk nipis, cabe, tomat, garam. Bawang merah, dan daun kemangi.
Bruder. Bruder adalah sejenis kue yang dicampur dengan sageru (sejenis tuak yang biasa diminum oleh orang Ambon).
Kohu-kohu. Bentuknya mirip urap, disajikan bersama ketela dan singkong rebus. Kohu–kohu berbahan dasar cabikan ikan tongkol yang dicampur dengan parutan kelapa sangria, taoge, terung, kacang panjang mentah, serta perasan air jeruk nipis, bawang merah, cabai rawit dan kemangi. Rasa ikan segarnya dipadukan dengan asamnya jeruk dan segarnya sayur–mayur mentah.
Batak (Sumatera Utara):
Kue Lampet/ Lapet
Lampet atau sering ditulis Lapet adalah jajanan tradisional Batak dari Tapanuli, Sumatera Utara. Kue ini biasanya berbentuk seperti piramida dan dibungkus daun pisang. Proses pembuatannya tidak begitu rumit, mulai dari mencampur tepung beras dan kelapa parut lalu ditambah oleh parut gula dan air. Setelah adonan penuh kemudian dibungkus dengan daun pisang dan kukus sampai matang.
Lampet atau sering ditulis Lapet adalah jajanan tradisional Batak dari Tapanuli, Sumatera Utara. Kue ini biasanya berbentuk seperti piramida dan dibungkus daun pisang. Proses pembuatannya tidak begitu rumit, mulai dari mencampur tepung beras dan kelapa parut lalu ditambah oleh parut gula dan air. Setelah adonan penuh kemudian dibungkus dengan daun pisang dan kukus sampai matang.
3.
Kupang NTT: Kue Bagia/ Bagea
Bagea biasanya berbentuk bulat dengan warna coklat pucat. Bagea terbuat dari sagu. Bahan untuk membuat bagea adalah gula halus, biji kenari cincang, tepung sagu, minyak sayur, tepung terigu yang diayak, kacang cincang halus, bubuk kayu manis, dan bubuk cengkeh. Cemilan ini sangat pas dipadukan dengan teh/kopi saat kumpul dengan keluarga di hari Natal nanti.
Bagea biasanya berbentuk bulat dengan warna coklat pucat. Bagea terbuat dari sagu. Bahan untuk membuat bagea adalah gula halus, biji kenari cincang, tepung sagu, minyak sayur, tepung terigu yang diayak, kacang cincang halus, bubuk kayu manis, dan bubuk cengkeh. Cemilan ini sangat pas dipadukan dengan teh/kopi saat kumpul dengan keluarga di hari Natal nanti.
4. Ambon:
Ikan Kuah Kuning
Ikan Kuah Kuning terdiri dari ikan tuna atau ikan mubara yang dibumbui dengan kunyit dan kapur. Ikan saus kuning menjadi makanan wajib saat pad
a perayaan
Natal. Makanan ini biasanya dipadukan dengan Papeda, hidangan utama di Ambon
selain nasi.Ikan Kuah Kuning terdiri dari ikan tuna atau ikan mubara yang dibumbui dengan kunyit dan kapur. Ikan saus kuning menjadi makanan wajib saat pad
HARI KHUSUS
KEAGAMAAN KONG HUCU
1.
Hari Raya Imlek
Hari
raya imlek selalu dilaksanakan bagi warga Tionghoa, berbagai makanan disajikan
di hari tersebut. Namun, dibalik makanan yang mereka sajikan ternyata terdapat
beberapa makna dari setiap makanan tersebut, yaitu:
Mie panjang umur
Salah satu makanan yang wajib ada
karena dianggap sebagai simbol umur panjang adalah Mie. Masyarakat
Tionghoa meyakini bahwa sajian Mie - terutama Siu Mie/Shou Mian yang berarti "mie
panjang umur" - harus dihidangkan tanpa putus dari ujung awal hingga
ke ujung akhir. Dengan demikian, diharapkan orang yang menyantapnya akan
panjang umur. Meski demikian, Mie tetap boleh dipotong ketika sedang dimakan.
Telur rebus dan teh
Selain dapat menambah stamina dan energi, telur yang direbus
dengan teh dipercaya sebagai simbol kesuburan. Sebagai variasi, campuran
kecap asin, kayu manis dan lada hitam juga bisa dibubuhkan masyarakat di Cina
ke dalam air rebusan teh. Selain aroma telur akan menjadi harum, rasanya pun
akan menjadi sedikit lebih asin karena efek kecap asin yang meresap ke dalam
telur. OpenRicers yang belum pernah mencoba kuliner ini pun tidak perlu
khawatir. Telur yang direbus dengan teh, selain dapat menghasilkan efek marmer
yang cantik, ternyata juga memiliki rasa yang enak dan otentik!
Ayam, ikan, dan babi
Tiga hewan berdaging yang kerap muncul di perayaan Tahun
Baru Imlek adalah ayam, ikan, dan babi. Pemilihan tiga hewan ini tentunya bukan
tanpa alasan. Masyarakat Tionghoa ternyata meyakini bahwa ketiganya harus ada
di sajian kuliner Imlek, agar masyarakat yang menyantapnya tidak meniru sifat
ketiga hewan tersebut. Babi, dilambangkan sebagai hewan yang malas. Ayam,
dilambangkan sebagai hewan yang serakah karena kebiasaannya berpindah tempat
ketika makanannya belum habis. Sementara ikan sendiri mengandung dualisme
makna. Di satu sisi, kulitnya yang bersisik kerap disandingkan dengan ular yang
jahat. Namun di sisi lain, ikan juga dilambangkan sebagai rezeki dan
keberuntungan. Seluruh hidangan ayam dan ikan harus disajikan secara utuh
sebagai simbol keutuhan dan kemakmuran yang berlimpah.
Jiaozi
Bagi OpenRicers yang masih asing dengan istilah ini, Jiaozi
adalah makanan tradisional China yang juga dikenal dengan nama Kuo Tie, dan
biasa disajikan sebagai makanan pembuka atau camilan. Bentuknya sendiri seperti
pangsit yang berisi adonan daging babi atau udang cincang dan sayuran. Jiaozi
merupakan makanan penting dalam tradisi kuliner masyarakat Tionghoa, karena
kerap disantap bersama dengan keluarga besar dan melambangkan kebersamaan.
Pada umumnya, di malam Imlek seluruh keluarga akan berkumpul dan memakan Jiaozi
yang dibentuk bulat, sebagai harapan akan kemakmuran dan kesejahteraan. Secara
simbolik, bentuknya yang bulat mirip dengan uang China kuno dan juga dijadikan
perlambang kelimpahan rezeki.
Kue keranjang
Sesuai tradisi, perayaan Imlek tidak akan lengkap tanpa kue
keranjang atau Nian Gao. Kata Nian berarti "tahun", sementara Gao
berarti "kue" dan juga terdengar seperti "tinggi". Inilah
mengapa kue keranjang biasanya disajikan dengan cara disusun tinggi atau
bertingkat, dan semakin mengecil di bagian atasnya. Ini merupakan perlambang
makna peningkatan rezeki atau kemakmuran. Kue keranjang juga kerap
disusun dengan kue mangkok berwarna merah di atasnya. Ini melambangkan
kehidupan yang manis dan semakin menanjak semakin merekah seperti kue mangkok.
Jeruk
Masyakarat Tionghoa sangat senang makan jeruk - terutema
yang berwarna kuning, karena buah yang satu ini ternyata merupakan perlambang kemakmuran
dan kekayaan yang selalu bertumbuh. Inilah mengapa jeruk yang disajikan di
kala perayaan Imlek sebisa mungkin masih memiliki daun di tangkainya. Daun ini
menandakan adanya kehidupan dan kesejahteraan.
Pisang raja
Buah lain yang juga wajib ada ketika Imlek adalah pisang
raja. Maknanya tidak jauh berbeda dari jeruk, yaitu kemakmuran dan kekayaan.
12 macam masakan dan 12 macam kue
Pada perayaan Tahun Baru Imlek, biasanya masyarakat Tionghoa
yang berkecukupan selalu menyediakan 12 jenis masakan dan 12 jenis kue, terkait
dengan shio yang berjumlah 12. Selain masakan yang selalu mengandung makna
tertentu, kue-kue yang disajikan juga biasanya memiliki rasa yang lebih manis
dari biasanya, dengan harapan agar hidup mereka juga menjadi lebih manis dan
penuh rezeki di tahun-tahun berikutnya.
HIDANGAN
KESEMPATAN KHUSUS ADAT-ISTIADAT
DI INDONESIA
1. GREBEG
MULUDAN
Pada
hari pertama, upacara diawali saat malam hari dengan iring-iringan abdi dalem
(punggawa kraton) bersama-sama dengan dua set gamelan
Jawa
Kyai Nogowilogo dan Kyai Gunturmadu. Iring-iringan ini bermula dari pendapa
Ponconiti menuju masjid Agung di Alun-alun Utara dengan dikawal oleh prajurit Kraton.
Kyai Nogowilogo akan menempati sisi utara dari Masjid
Agung, sementara Kyai Gunturmadu akan berada di Pagongan sebelah selatan
masjid. Kedua set gamelan ini akan dimainkan secara bersamaan sampai dengan
tanggal 11 bulan Mulud, selama 7 hari berturut-turut. Pada malam hari terakhir,
kedua gamelan ini akan dibawa pulang ke dalam Kraton.
Gerebeg atau grebeg
mempunyai arti "suara angin". Garebeg merupakan salah satu adat Kraton
Ngayogyakarta Hadiningrat yang untuk pertama kalinya diselenggarakan oleh
Sultan Hamengku Buwana I. Upacara kerajaan ini melibatkan seluruh Kraton,
segenap aparat kerajaan serta melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Secara
formal, garebeg bersifat keagamaan yang dikaitkan dengan hari kelahiran Nabi
Muhammad SAW serta kedua hari raya Islam (Idul Fitri dan Idhul Adha).
Garebeg secara politik juga
menjabarkan gelar Sultan yang bersifat kemuslimatan (Ngabdurrahman Sayidin
Panotogomo Kalifatullah). Selama satu tahun terdapat tiga kali upacara
garebeg yaitu Garebeg Mulud, Garebeg Besar, dan Garebeg Sawal yang
diselenggarakan di kompleks Kraton dan lingkungan sekitarnya, seperti di
Alun-alun Utara.
Garebeg Mulud diselenggarakan
untuk memperingati hari kelahiran (maulid) Nabi Muhammad SAW yang
jatuh tepat pada tanggal 12 Rabiulawal. Bulan Rabiulawal disebut juga bulan
Mulud dalam kalender Jawa-Islam. Itulah sebabnya garebeg yang diselenggarakan
untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, disebut Garebeg Mulud.
Sebenarnya tanggal 12 Rabiulawal mempunyai dua arti penting dalam riwayat hidup
Sang Nabi, karena diyakini oleh umat Islam bahwa Nabi Muhammad SAW lahir dan
wafat pada tanggal dan bulan yang sama.
Tradisi memperingati hari
lahir Sang Nabi ini baru tumbuh setelah agama Islam berkembang luas ke
negara-negara lain di luar jazirah Arab. Hari lahir Nabi Muhammad SAW bukanlah
hari raya resmi Islam, sebab Islam hanya mengenal dua hari raya, yaitu Idul
Fitri dan Idul Adha. Perayaan hari lahir Nabi Muhammad SAW sebagai upacara
kerajaan ini dipelopori oleh Kesultanan Demak, dari zaman ke zaman dilestarikan
oleh para raja Jawa yang kemudian dikenal sangat populer sebagai Garebeg Mulud.
Sebelum Garebeg Mulud
diselenggarakan, terdapat beberapa kegiatan adat yang dilaksanakan dalam
lingkungan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, yaitu:
- Upacara Gladi Resik untuk kesiapan prajurit Kraton oleh Bupati Nayoko Kawedanan Ageng Prajurit,
- Upacara Numplak Wajik sebagai tanda permulaan pembuatan gunungan,
- Upacara Miyosipun Hajad Dalem sebagai puncak upacara dengan mengiring keluarnya Hajad Dalem yang berujud gunungan dari dalam Kraton ke Masjid Besar oleh Kyai Pengulu Kraton.
- Upacara Gladi Resik untuk kesiapan prajurit Kraton oleh Bupati Nayoko Kawedanan Ageng Prajurit,
- Upacara Numplak Wajik sebagai tanda permulaan pembuatan gunungan,
- Upacara Miyosipun Hajad Dalem sebagai puncak upacara dengan mengiring keluarnya Hajad Dalem yang berujud gunungan dari dalam Kraton ke Masjid Besar oleh Kyai Pengulu Kraton.
Selain Garebeg Mulud, Kraton
Ngayogyakarta Hadiningrat juga menyelenggarakan Garebeg Mulud Dal yang terjadi
setiap satu windu sekali, dan dilaksanakan secara istimewa dengan penuh
kemegahan, serta lebih banyak mengungkapkan unsur-unsur kebudayaan lama
identitas raja, kerajaan Jawa.
Dalam Garebeg Mulud Dal,
Sultan hadir di Masjid Besar di tengah publik dengan memperlihatkan tradisi
Kejawen yang penuh dengan unsur-unsur kebudayaan Jawa Kuno, berbagai macam
pusaka Kraton yang sangat keramat sebagai pernyataan tradisional bahwa sultan
dan Kasultanan Yogyakarta adalah ahli waris sah dari para raja dan kerajaan
Jawa terdahulu. Juga menyatakan sikap tradisional sultan sebagai wakil dari
suku bangsanya dalam memuliakan para leluhur.
Kehadiran Sultan di Masjid
Besar ditujukan juga untuk melakukan kegiatan religius Islam yakni menendang
tumpukan batu-bata yang ditempatkan di pintu terbuka di pagar tembok bagian
selatan Masjid Besar. Hal ini merupakan tindakan simbolik yang melambangkan
rakyat pada zaman Kasultanan Demak secara resmi telah meninggalkan agama
Hindu�Budha untuk memeluk agama Islam. Upacara ini dilakukan hanya setiap
delapan tahun sekali atau sekali dalam sewindu.
Gunungan Mulud Dal disebut
sebagai Gunungan Kutug atau Gunungan Bromo. Di bagian puncak, diberi lubang
untuk menampakkan sebuah anglo berisi bara yang membakar segumpal besar
kemenyan, sehingga secara terus menerus mengepulkan asap tebal jika dihembus
angin. Pajangannya berupa beraneka macam kue berwarna-warni hampir sama dengan
pajangan Gunungan Lanang, bervariasi dengan Gunungan Wadon. Di bagian bawah,
beralaskan kain banung tulak dan diletakkan tegak di atas sebuah
nampan raksasa berkerangka kayu berukuran 2 x 1,5 m.
2. UPACARA
SAPARAN BEKAKAK
Sebagai propinsi yang penuh
dengan budaya dan tradisi, Yogyakarta pun mempunyai agenda kegiatan tradisional
yang dilakukan oleh masyarakat lokal. Kali ini adalah Tradisi Saparan Bekakak.
Saparan Bekakak adalah tradisi yang telah dilakukan secara turun-temurun mulai
dari pemerintahan Sultan Hamengku Buwono I hingga sekarang. Nama Saparan
diambil karena acara ini dilakukan pada bulan Safar atau dalam Bahasa Jawa
lebih dikenal dengan nama Sapar, dan Bekakak berarti sepasang boneka pengantin
muda atau disebut temanten dalam Bahasa Jawa yang dibuat dari tepung ketan
dicampur dengan gula jawa. Biasanya, Tradisi Saparan Bekakak ini dilangsungkan
pada tiap tanggal 10 – 20 bulan Sapar.
Tradisi ini bermula ketika
salah satu abdi dalem Keraton Yogyakarta bernama Ki Wirosuto dan istrinya
menjadi korban saat menggali kapur di Gunung Gamping yang digunakan untuk
membangun Keraton Yogyakarta dan hingga kini jasadnya masih belum dapat
ditemukan. Melihat kondisi seperti ini, Sultan Hamengku Buwono I ini pun
melakukan tapa di Gunung Gamping untuk meminta petunjuk bagaimana cara mencegah
korban jiwa selanjutnya.
Akhirnya, sang Sultan pun
mendapatkan petunjuk bahwa satu-satunya cara yang dapat dilakukan adalah dengan
menyerahkan persembahan berupa sepasang pengantin. Permintaan itu pun dipenuhi
dan Sultan pun menyiapkan sepasang pengantin yang terbuat dari ketan dan
didandani seperti layaknya manusia dan ini merupakan salah satu trik untuk
mengelabui setan-setan di Gunung Gamping. Jadi kala itu, upacara persembahan
Bekakak ini ditujukan agar masyarakat terhindar dari mara bahaya sebagai akibat
gangguan dari setan-setan penunggu Gunung Gamping.
Kini, Tradisi Saparan Bekakak
telah menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi warga sekitar dan juga para
wisatawan yang ingin melihat secara langsung ritual ‘buang sial’ yang dilakukan
di Gunung Gamping. Karena Saparan Bekakak masih terus dilestarikan, maka anda
pun dapat ikut serta menyaksikan tradisi yang dilakukan di Desa Ambarketawang.
Hanya saja, anda harus mengetahui bulan-bulan Jawa khususnya bulan Sapar agar
dapat datang ke acara tersebut.
Tradisi Saparan Bekakak ini
dilakukan di Desa Ambarketawang Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
Namun, proses pengorbanan pengantin bekakak dilakukan di Gunung Gamping yang
jaraknya kira-kira sekitar 2 km dari lapangan Desa Ambarketawang. Jadi, anda
tidak perlu harus berada di lapangan desa karena anda dapat menyaksikan
arak-arakan pengantin bekakak disepanjang jalan menuju ke Gunung Gamping. Tidak
ada tiket masuk yang harus anda bayarkan karena acara ini gratis. Akses untuk
melihat acara ini pun cukup mudah karena berada di dekat pusat Kota Yogyakarta
yaitu sekitar 7 km dan dapat ditempuh dengan kendaraan dalam waktu 15 menit
saja.
Anda hanya tinggal memacu
kendaraan anda menuju ke ring road barat menuju ke arah Jalan Yogyakarta –
Purworejo. Disana, ribuan pasang mata pun telah menunggu di sepanjang rute
arak-arakan Tradisi Saparan Bekakak disekitaran ring road – kampus UMY – hingga
Balai Desa Ambarketawang Gamping. Nah, anda pun perlu berhati-hati dalam
memarkir kendaraan anda dan ingat betul-betul lokasinya karena saat acara
berlangsung, jalanan pun akan macet karena banyak pengunjung dan warga lokal yang
antusias untuk menyaksikan salah satu agenda tradisi tahunan ini.
Menyaksikan Riuhnya Tradisi
Saparan Bekakak
Tradisi Saparan Bekakak ini
akan diawali dengan dilakukannya pawai atau arak-arakan dari Balai Desa
Ambarketawang menuju ke Pesanggrahan Ambarketawang yang konon dulunya adalah
tempat tinggal Pangeran Mangkubuni yang selanjutnya bergelar Sultan Hamengku
Buwono I. Kini, Pesanggarahan Ambarketawang pun dijadikan sebagai pusat upacara
Tradisi Saparan Bekakak yang disaksikan oleh ribuan pasang mata dan tidak
pernah bosan menanti acara ini tiap tahun.
Mula-mula, Tradisi Saparan
Bekakak dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu tahap mindodareni pengantin
bekakak (menghias pengantin dengan gaya Solo dan Yogyakarta), kirab bekakak,
penyembelihan pengantin bekakak yang tadi diarak, dan terakhir adalah tahap
sugengan ageng. Nah, acara ini pun telah di mulai sehari sebelumnya yaitu
dengan dilakukannya upacara adat Kembul Bujono dan juga Midodareni.
Selanjutnya, diselenggarakan acara pentas wayang kulit yang dilakukan semalam
suntuk.
Pada pagi harinya, acara
Tradisi Saparan Bekakak pun dilanjutkan dengan dilakukannya Besan Gambyong dan
juga Tari Gendruwo. Tari Gendruwo ini adalah proses tarian yang dilakukan untuk
pembukaan acara Tradisi Saparan Bekakak. Pawai arak-arakan ini dapat anda lihat
mulai dari Balai Desa Ambarketawang hingga ke Gunung Gamping Tlogo dengan
melewati jalan ring road barat yang membatasi Kabupaten Sleman dengan Kota
Yogyakarta.
Pada siang hari sebelum
arak-arakan pengantin Bekakak dimulai, dilakukan pentas seni Prasetyaning Sang
Abdi yang bercerita tentang abdi dalem keraton Ki Wirosuto dan juga
kesetiaannya kepada Keraton Yogyakarta. Jika pentas ini selesai, barulah
arak-arakan dimulai dengan disertakannya sesaji yang dibawa oleh tiga buah
joli. Pawai ini pun diikuti oleh para pamong desa, prajurit, alat tradisional
jatilan, dan gendruwo berjumlah sekitar 50 anak kecil yang didampingi oleh
sepasang gendruwo dewasa dan berjalan sambil mengawal sepasang pengantin
bekakak.
Nah setelah sampai di sebuah
altar di Gunung Gamping, anda akan dapat menyaksikan penyembelihan pengantin
Bekakak yang dilakukan oleh seorang utusan dari Keraton Yogyakarta. Setelah
selesai, acara selanjutnya adalah penyerahan gunungan untuk para pengunjung
yang datang ke acara Tradisi Saparan Bekakak. Beberapa orang yang percaya
tentang datangnya berkah setelah mendapatkan potongan gunungan pun mau bersusah
payah berebut mendapatkan bagian walaupun hanya sedikit saja.
Sebagai salah satu tradisi
yang telah berlangsung selama ratusan tahun, pemerintah daerah pun terus
mempromosikan acara Tradisi Saparan Bekakak kepada masyarakat luas untuk
mengabarkan tentang salah satu kisah kesetiaan seorang abdi dalem kepada
pemimpinnya.
3.
UPACARA
NGURAS ENCEH
Di
makam raja raja Imogiri yang terletak di dusun Pajimatan
desa Girirejo kecamatan Imogiri dibagian depan terdapat empat enceh atau
gentong atau padhasan yang konon sebagai tempat berwudlu para pendiri Mataram.
Pada setiap tanggal satu bulan suro atau muharram atau pada hari yang bertepatan
dengan hari jum’at kliwon pada bulan muharram tersebut selalu dilakukan
pengurasan padhasan atau gentong atau lebih sering disebut enceh. Upacara
tersebut terkenal dengan tradisi nguras enceh. Ada empat enceh yang masing
masing diberi nama Nyai Siyem yang berasal dari Siam, Kyai Mendung dari Turki,
Kyai Danumaya dari Aceh dan Nyai Danumurti dari Palembang keempat enceh ini
merupakan persembahan dari kerajaan sahabat kepada Sultan Agung. Diyakini bahwa
air dalam enceh-enceh tersebut berkhasiat baik untuk kesuksesan, kesembuhan.
Upacara ini di awali dengan adanya
kirab budaya, yakni dengan membawa kirab peralatan untuk nguras yang berupa
siwur atau gayung yang terbuat dari tempurung kelapa mulai dari kecamatan
Imogiri menuju komplek makam raja raja imogiri sebagai tempat peristirahatan
terakhir raja Kasunanan Solo maupun Raja Kasultanan Yogyakarta , Kegiatan ini dimeriahkan dengan berbagai kegiatan seni
yakni berupa kesenian tradisional.Dilanjutkan dengan kenduri bersama yang
dipimpin oleh sesepuh puralaya Imogiri. Seusainya kenduri dilanjutkan dengan
pencucian empat enceh yang ada. Berbagai sesaji melengkapi upacara nguras enceh
tersebut yakni berupa pisang, nasi, bunga mawar dan melati serta kemenyan.
Sedangkan air diambil dari sendang bekung yang letaknya kurang lebih 2 km dari
tempat berlangsungnya upacara.
Peristiwa
ini sangat ditunggu tunggu oleh masyarakat hal ini terbukti dengan mebludaknya
pengunjung setiap kali event ini digelar. Mereka pada dasarnya ingin
memperebutkan luberan air untuk mencuci keempat enceh tersebut. Hal ini
didasari atas kepercayaan mereka dimana air tersebut jika diminum akan
mendatangkan berkah baik sebagai penyembuh penyakit maupun sebagai pendatang
rejeki. Dan ada sebagian masyarakat yang lain air enceh tersebut memiliki
kandunagn air zam-zam
4. KENDUREN
Kenduren/ selametan
adalah tradisi yang sudaah turun temurun dari jaman dahulu, yaitu doa bersama
yang di hadiri para tetangga dan di pimpin oleh pemuka adat atau yang di tuakan
di setiap lingkungan, dan yang di sajikan berupa Tumpeng, lengkap dengan lauk pauknya.
Tumpeng dan lauknya nantinya di bagi bagikan kepada yang hadir yang di sebut
Carikan ada juga yang menyebut dengan Berkat.
Tujuan dari kenduren itu
sendiri adalah meminta selamat buat yang di doakan, dan keluarganya,kenduren
itu sendiri bermacam macam jenisnya, antara lain :
* kenduren wetonan ( wedalan ) Di namakan wetonan karena tujuannya
untuk selametan pada hari lahir ( weton, jawa ) seseorang. Dan di lakukan oleh
hampir setiap warga, biasanya 1 keluarga 1 weton yang di rayain , yaitu yang
paling tua atau di tuakan dalam keluarga tersebut. Kenduren ini di lakukan
secara rutinitas setiap selapan hari ( 1 bulan ). Biasanya menu sajiannya hanya
berupa tumpeng dan lauk seperti sayur, lalapan, tempe goreng, thepleng, dan
srundeng. tidak ada ingkung nya ( ayam panggang ).
* Kenduren Sabanan ( Munggahan ) Kenduren ini menurut cerita
tujuannya untuk menaik kan para leluhur. Di lakukan pada bulan Sya’ban, dan
hampir oleh seluruh masyarakat di Watulawang dan sekitarnya, khususnya yang
adatnya masih sama, seperti desa peniron, kajoran, dan sekitarnya. Siang hari
sebelum di laksanakan upacara ini, biasanya di lakukan ritual nyekar, atau
tilik bahasa watulawangnya, yaitu mendatangi makan leluhur, untuk mendoakan
arwahnya, biasanya yang di bawa adalah kembang, menyan dan empos ( terbuat dari
mancung ). Tradisi bakar kemenyan memang masih di percaya oleh masyarakat
watulawang, sebelum mulai kenduren ini pun, terlebih dahulu di di jampi jampi
in dan di bakar kemenyan di depan pintu. Menu sajian dalam kenduren sabanan ini
sedikit berbeda dengan kenduren Wedalan, yaitu disini wajib memakai ayam
pangang ( ingkung ).
* Kenduren Likuran Kenduren ini di laksanakan pada tanggal 21 bulan
pasa ( ramadan ), yang di maksudkan untuk memperingati Nuzulul Qur’an. dalam
kenduren ini biasanya di lakukan dalam lingkup 1 RT, dan bertempat di ketua
adat, atau sesepuh di setiap RT. dalam kenduren ini, warga yang datang membawa
makanan dari rumah masing2, tidak ada tumpeng, menu sajiannya nasi putih, lodeh
( biasanya lodeh klewek) atau bihun, rempeyek kacang, daging, dan lalapan.
* Kenduren Badan ( Lebaran )/ mudunan Kenduren ini di laksanakan pada
hari Raya Idul Fitri, pada tanggal 1 sawal ( aboge ). kenduren ini sama seperti
kenduren Likuran,hanya tujuannya yang berbeda yaitu untuk menurunkan leluhur.
TYang membedakan hanya, sebelum kenduren Badan, biasanya di dahului dengan
nyekar ke makam luhur dari masing2 keluarga.
* Kenduren Ujar/tujuan tertentu Kenduren ini di lakukan oleh keluarga
tertentu yang punya maksud atau tujuan tertentu, atau ayng punya ujar/ omong.
Sebelum kenduren ini biasanya di awali dengan ritual Nyekar terlebih dahulu.
dan menu wajibnya, harus ada ingkung ( ayam panggang ). Kenduren ini biasanya
banyak di lakukan pada bulan Suro ( muharram ).
* Kenduren Muludan Kenduren ini di lakukan pada tanggal 12 bulan
mulud, sama seperti kenduren likuran, di lakukan di tempat sesepuh, dan membawa
makanan dari rumah masing- masing. biasanya dalam kenduren ini ada ritual
mbeleh wedus ( motong kambing ) yang kemudian di masak sebagai becek dalam
bahasa watulawang ( gulai ).
5.
GREBEG (SOLO)
Upacara
Garebeg diselenggarakan tiga kali dalam satu tahun kalender/penanggalan Jawa
yaitu pada tanggal dua belas bulan Mulud (bulan ketiga), tanggal satu bulan
Sawal (bulan kesepuluh) dan tanggal sepuluh bulan Besar (bulan kedua belas).
Pada hari hari tersebut raja mengeluarkan sedekahnya sebagai perwujudan rasa
syukur kepada Tuhan atas kemakmuran kerajaan. Sedekah ini, yang disebut dengan
Hajad Dalem, berupa pareden/gunungan yang terdiri dari gunungan kakung dan
gunungan estri (lelaki dan perempuan).
Gunungan
kakung berbentuk seperti kerucut terpancung dengan ujung sebelah atas agak
membulat. Sebagian besar gunungan ini terdiri dari sayuran kacang panjang yang
berwarna hijau yang dirangkaikan dengan cabai merah, telur itik, dan beberapa
perlengkapan makanan kering lainnya. Di sisi kanan dan kirinya dipasangi
rangkaian bendera Indonesia dalam ukuran kecil. Gunungan estri berbentuk
seperti keranjang bunga yang penuh dengan rangkaian bunga. Sebagian besar
disusun dari makanan kering yang terbuat dari beras maupun beras ketan yang
berbentuk lingkaran dan runcing. Gunungan ini juga dihiasi bendera Indonesia kecil
di sebelah atasnya.
6.
SEKATEN
Sekaten
merupakan sebuah upacara kerajaan yang dilaksanakan selama tujuh hari. Konon
asal-usul upacara ini sejak kerajaan Demak. Upacara ini sebenarnya merupakan
sebuah perayaan hari kelahiran Nabi Muhammad. Menurut cerita rakyat kata
Sekaten berasal dari istilah credo dalam agama Islam, Syahadatain. Sekaten
dimulai dengan keluarnya dua perangkat Gamelan Sekati, Kyai Gunturmadu dan Kyai
Guntursari, dari keraton untuk ditempatkan di depan Masjid Agung Surakarta.
Selama enam hari, mulai hari keenam sampai kesebelas bulan Mulud dalam kalender
Jawa, kedua perangkat gamelan tersebut dimainkan/dibunyikan (Jw: ditabuh)
menandai perayaan sekaten. Akhirnya pada hari ketujuh upacara ditutup dengan
keluarnya Gunungan Mulud. Saat ini selain upacara tradisi seperti itu juga
diselenggarakan suatu pasar malam yang dimulai sebulan sebelum penyelenggaraan
upacara sekaten yang sesungguhnya.
7.
UPACARA
TENTANG KEHAMILAN DAN KELAHIRAN.
·
NGUPAT
Adalah upacara ketika kehamilan ibu memasuki usia 4
bulan, dimana roh pada janin telah ada.
Kata ngupat berasal dari kata papat atau empat atau kupat. Tujuan dari
upacara ini adalah untuk keselamatan bayi dan ibunya atau bersifat tolak bala,
jadi hampir sama dengan upacara nujuh bulanan pada kehamilan. Yang membedakan
dengan upacara kehamilan lainnya adalah kenduri ngupati, ketupat disertakan di
wadah yang berasal dari anyaman bambu yang disebut besek yang diberikan kepada
tamu undangan yang hadir. Makna dari upacara ini adalah sebagai perlambang
bahwa jabang bayi telah memasuki tahap keempat dalam proses pertumbuhan untuk
menjadi orang.
· NGLIMAN
Ngliman
adalah salah satu upacara adat tentang kehamilan seseorang yang diselenggarakan
saat usia kandungan ibu 5 bulan. Kata ngliman berasal dari kata lima. Tujuan
dari upacara ini adalah untuk keselamatan calon bayi dari marabahaya, ataupun
bersifat tolak bala.
· MITONI
Mitoni
atau yang biasa kita kenal nujuh bulan, berasal dari kata pitu. Yaitu upacara
adt kehamilan untuk usia kehamilan yang telah menginjak 7 bulan. Tujuan dari
diadakannya upacara ini untuk keselamatan sang bayi yang juga bersifat tolak
bala. Upacara mitoni ini juga biasa disebut tingkeban. Menurut masyarakat jawa
usia kandungan tujuh bulan adalah proses penciptaan manusia yang sudah sempurna
atua disebut SAPTA KAWASA JATI. Rangkaian upacara adt ini meliputi: siraman,
memasukkan telur dalam kain yang dipakai ibu, berganti baju dengan 7 kain yang
sudah disediakan, brojolan, memutus lilitan benang (janur) dari perut sang ibu,
memecah wajan dan gayung,angreman,dll hingga saatnya membagikan bancakan dan
kenduri.
mecahake
wajan lan gayung, nyolong endhog lan terakhir kendhuren. Acara siraman mung
diselenggara'ake kanggo mitoni anak pertama.Miturut adat Jawa mitoni iku kudhu
diselenggara'ake neng dina sing bener-bener apik yaiku dina Senen awan nganti
mbengi utawa uga dina Jemuah awan nganti mbengi.
·
MEMENDAM ARI-ARI
Memendam ari-ari adalah salah satu upacara kelahiran yang dilakukan oleh
sebagian besar masyarakat jawa pada umumnya. Ari-ari atau yang biasa kita sebut
sebagai plasenta, yaiku penghubung antra bayi dan ibu, ketika bayi masih ada
dalm kandungan sang ibu. Istilah lain ari-ari adalah aruman atau
embing-embing(mbingmbing). Masyarakat jawa berkepercayaan bahwa ari-ari atau
plasenta merupakan saudara kembar dari sang bayi, sehingga harus dirawat dan
dijaga, misalkan masyarakat jawa yang mereka lakukan adalah memberi penerangan
di tempat mereka memendan ari-ari anknya, itu merupakan simbol penerangan untuk bayi. Di tempat penguburan ari-ari anak
diberi penerangan yang dinyalakan selama 35 hari.
Tata cara penguburan ari-ari adalah
Ari-ari
dicuci hingga bersih lalu dimasukkan dalam kendi atau batok kelapa yang telah
dialasi daun senthe, lalu ditutup dengan kain yang baru lalu dibungkus dengan
kain mori yang bersih. Lalu kendi digendong, dipayungi, dan dibawa ke lokasi
penguburan ari-ari. Lokasi penguburan ari-ari harus berada di bagian kanan
pintu utama rumah. Yang mengubur haruslah ayah kandung dari bayi tersebut.
· BROKOHAN
Adalah salah satu upacara adat jawa untuk menyambut kelahiran bayi.
Upacara ini memiliki makna sebagai ungkapan syukur dan sukacita akan proses
kelahiran yang lancar. Brokohan baerasal dari bahasa arab yaitu barokah yang
artinya mengharapkan berkah dari Tuhan.
Tujuan dari brokohan ini adalah untuk keselamatan proses kelahiran bayi juga
untuk melindungi bayi yang telah lahir agar menjadi anak yang baik perilakunya.
·
SEPASARAN
Sepasaran
adalh salah satu upacara adat jawa untuk bayi yang telah berusia lima hari di
dunia ini. Upacara ini diselenggrakan secara sederhana, namun diikuti pemberian
nama pada bayi. Sepasaran umun diselenggarakan pada waktu sore yang menggunakan
acara kenduren yang dihadiri keluarga dan tetangga. Suguhan yang biasanya ada
di acara sepasaran adalah minuman dan berbagai macam jajanan pasar, namun juga
diberikan kenduri untuk tetangga.
· AQIQAH
Merupakan upacar adat
yang namanya berasal dari bahasa arab aqiqah, yang artinya pemotongan.
Pemotongan ini dilakukan pada rambut yang berda di kepala bayi yang baru lahir.
Aqiqah menurut syariah Islam yaitu memotong domba/kambing untuk bayi yang baru
lahir. Jika bayi laki-laki, maka diaqiqahkan dengan kambing berjumlah 2, jika
bayi perempuan maka diaqiqahkan kambing berjumlah satu.
· PUPUTAN/PUPAK
PUSER
Puputan atau pupak
puser mempunyai arti tali pusar bayi puput. Jadi upacara ini diadakan saat atau
selesainya puputnya tali pusar dari pusar bayi. Biasanya upacara puputan
ini diadakan acara kenduri, bancakan dan
memberi nama pada bayi. Upacara ini bagus jika diselengaarakan setelah maghrib.
Puputan bayi digolongkan menjadi 2, yaitu: golongan bangsawan/kerajaan yang
menyajikan nasi, urapan, bubur merah putih, 5 wacam bubur dan jajan pasar.
Golongan rakyat biasa menyajikan nasi, sayur, bubur merah putih, bubur
boro-boro, dan jajanan pasar.
· TEDHAK
SITEN
Adalah salah satu upacara adat jawa
untuk anak yang berusia 7 bulan. Upacara ini biasa dinamakan injak tanah,
mudhun lemah,dll. Tedhak siten berasal dari kata tedhak yang berarti menginjak
dan siten yang artinya tanah(bumi). Upacara ini sebagai perlambang bahwa anak
siap-siap menjalani hidup dengan tuntunan dari orang tua. Upacar ini
diselenggarakan untuk anak berusia 7 bulan atau 245 hari. Urutan prosesi yaitu:
menginjak nasi tujuh warna, turub dari tangga yang dibuat dari tebu,
ceker-ceker, anak dimasukkan dalam kurungan yang berisi berbagai macam alat
yang kelak anak bisa berprofesi seperti alat yang telah dipilih, menyebar uang
recehan, siraman,dll.
8. UPACARA PERNIKAHAN
Pernikahan atau sering pula disebut
dengan perkawinan merupakan salah satu peristiwa penting dalam sejarah
kehidupan setiap orang. Masyarakat Jawa memiliki sebuah adat atau cara
tersendiri dalam melaksanakan upacara sakral tersebut,Upacara Pernikahan Adat
Jawa. Upacara Pernikahan
Adat Jawa dimulai dari tahap
perkenalan sampai terjadinya pernikahan atau akad Nikah.
Tahapan-tahapan Upacara Pernikahan Adat Jawa tersebut memiliki simbol – simbol
dalam setiap sessionnya, atau biasa kita sebut sebagai makna yang terkandung
dalam tiap tahapan Upacara Pernikahan Adat Jawa. Adapun tahapan – tahapan dalam Upacara Pernikahan Adat Jawa adalah sebagai berikut.
Nontoni
Pada tahap ini sangat
dibutuhkan peranan seorang perantara. Perantara ini merupakan utusan dari keluarga calon pengantin pria
untuk menemui keluarga calon pengantin wanita. Pertemuan ini dimaksudkan untuk
nontoni, atau melihat calon dari dekat. Biasanya, utusan datang ke rumah
keluarga calon pengantin wanita bersama calon pengantin pria. Di rumah itu,
para calon mempelai bisa bertemu langsung meskipun hanya sekilas. Pertemuan
sekilas ini terjadi ketika calon pengantin wanita mengeluarkan minuman dan makanan ringan sebagai jamuan. Tamu
disambut oleh keluarga calon pengantin wanita yang terdiri dari orangtua calon
pengantin wanita dan keluarganya, biasanya pakdhe atau paklik.
Nakokake/Nembung/Nglamar
Sebelum melangkah ke tahap selanjutnya,
perantara akan menanyakan beberapa hal pribadi seperti sudah adakah calon bagi
calon mempelai wanita. Bila belum ada calon, maka utusan dari calon pengantin
pria memberitahukan bahwa keluarga calon pengantin pria berkeinginan untuk
berbesanan. Lalu calon pengantin wanita diajak bertemu dengan calon pengantin
pria untuk ditanya kesediaannya menjadi istrinya. Bila calon pengantin wanita
setuju, maka perlu dilakukan langkah-langkah selanjutnya. Langkah selanjutnya
tersebut adalah ditentukannya hari H kedatangan utusan untuk melakukan
kekancingan rembag (peningset).
Peningset ini merupakan suatu simbol
bahwa calon pengantin wanita sudah diikat secara tidak resmi oleh calon
pengantin pria. Peningset biasanya berupa kalpika (cincin), sejumlah uang, dan
oleh-oleh berupa makanan khas daerah. Peningset ini bisa dibarengi dengan acara
pasok tukon, yaitu pemberian barang-barang berupa pisang sanggan (pisang jenis
raja setangkep), seperangkat busana bagi calon pengantin wanita, dan upakarti
atau bantuan bila upacara pernikahan akan segera dilangsungkan seperti beras,
gula, sayur-mayur, bumbon, dan sejumlah uang.
Ketika semua sudah berjalan dengan
lancar, maka ditentukanlah tanggal dan hari pernikahan. Biasanya penentuan
tanggal dan hari pernikahan disesuaikan dengan weton (hari lahir berdasarkan
perhitungan Jawa) kedua calon pengantin. Hal ini dimaksudkan agar pernikahan itu kelak mendatangkan
kebahagiaan dan kesejahteraan bagi seluruh anggota keluarga.
Pasang Tarub
Bila tanggal dan hari
pernikahan sudah disetujui, maka dilakukan langkah selanjutnya yaitu pemasangan
tarub menjelang hari pernikahan. Tarub dibuat dari daun kelapa yang sebelumnya
telah dianyam dan diberi kerangka dari bambu, dan ijuk atau welat sebagai
talinya. Agar pemasangan tarub ini selamat, dilakukan upacara sederhana berupa
penyajian nasi tumpeng lengkap. Bersamaan dengan pemasangan tarub, dipasang
juga tuwuhan. Yang dimaksud dengan tuwuhan adalah sepasang pohon pisang raja
yang sedang berbuah, yang dipasang di kanan kiri pintu masuk. Pohon pisang
melambangkan keagungan dan mengandung makna berupa harapan agar keluarga baru
ini nantinya cukup harta dan keturunan. Biasanya di kanan kiri pintu masuk juga
diberi daun kelor yang bermaksud untuk mengusir segala pengaruh jahat yang akan
memasuki tempat upacara, begitu pula janur yang merupakan simbol keagungan.
Midodareni
Rangkaian upacara midodareni diawali
dengan upacara siraman. Upacara siraman dilakukan sebelum acara midodareni.
Tempat untuk siraman dibuat sedemikian rupa sehingga nampak seperti sendang
yang dikelilingi oleh tanaman beraneka warna. Pelaku siraman adalah orang yang
dituakan yang berjumlah tujuh diawali dari orangtua yang kemudian dilanjutkan
oleh sesepuh lainnya. Setelah siraman, calon pengantin membasuh wajah (istilah
Jawa: raup) dengan air kendi yang dibawa oleh ibunya, kemudian kendi langsung
dibanting/dipecah sambil mengucapkan
kata-kata: “cahayanya sekarang sudah pecah seperti bulan purnama”. Setelah itu,
calon penganten langsung dibopong oleh ayahnya ke tempat ganti pakaian.
Setelah berganti busana, dilanjutkan
dengan acara potong rambut yang dilakukan oleh orangtua pengantin wanita.
Setelah dipotong, rambut dikubur di depan rumah. Setelah rambut dikubur,
dilanjutkan dengan acara “dodol dawet”. Yang berjualan dawet adalah ibu dari
calon pengantin wanita dengan dipayungi oleh suaminya. Uang untuk membeli dawet
terbuat dari kreweng (pecahan genting) yang dibentuk bulat. Upacara dodol
dhawet dan cara membeli dengan kreweng ini mempunyai makna berupa harapan agar
kelak kalau sudah hidup bersama dapat memperoleh rejeki yang berlimpah-limpah
seperti cendol dalam dawet dan
tanpa kesukaran seperti dilambangkan dengan kreweng yang ada di sekitar kita.
Menginjak rangkaian upacara selanjutnya
yaitu upacara midodareni. Berasal dari kata widadari, yang artinya bidadari.
Midadareni merupakan upacara yang mengandung harapan untuk membuat suasana
calon penganten seperti widadari. Artinya, kedua calon penganten diharapkan
seperti widadari-widadara, di belakang hari bisa lestari, dan hidup rukun dan
sejahtera.
Akad Nikah
Akad nikah adalah inti dari acara
perkawinan. Biasanya akad nikah dilakukan sebelum acara resepsi. Akad nikah
disaksikan oleh sesepuh/orang tua dari kedua calon penganten dan orang yang
dituakan. Pelaksanaan akad nikah dilakukan oleh petugas dari catatan sipil atau
petugas agama.
Panggih
Upacara panggih dimulai
dengan pertukaran kembar mayang, kalpataru dewadaru yang merupakan sarana dari
rangkaian panggih. Sesudah itu dilanjutkan dengan balangan suruh, ngidak
endhog, dan mijiki.
Balangan suruh
Upacara balangan suruh
dilakukan oleh kedua pengantin secara bergantian. Gantal yang dibawa untuk
dilemparkan ke pengantin putra oleh pengantin putri disebut gondhang kasih,
sedang gantal yang dipegang pengantin laki-laki disebut gondhang tutur. Makna
dari balangan suruh adalah berupa harapan semoga segala goda akan hilang dan
menjauh akibat dari dilemparkannya gantal tersebut. Gantal dibuat dari daun
sirih yang ditekuk membentuk bulatan (istilah Jawa: dilinting) yang kemudian
diikat dengan benang putih/lawe. Daun sirih merupakan perlambang bahwa kedua
penganten diharapkan bersatu dalam cipta, karsa, dan karya.
Ngidak endhok
Upacara ngidak endhog
diawali oleh juru paes, yaitu orang yang bertugas untuk merias pengantin dan
mengenakan pakaian pengantin, dengan mengambil telur dari dalam bokor, kemudian
diusapkan di dahi pengantin pria yang kemudian pengantin pria diminta untuk
menginjak telur tersebut. Ngidak endhog mempunyai makna secara seksual, bahwa
kedua pengantin sudah pecah pamornya
Wiji dadi
Upacara ini dilakukan
setelah acara ngidak endhok. Setelah acara ngidak endhog, pengantin wanita
segera membasuh kaki pengantin pria menggunakan air yang telah diberi bunga
setaman. Mencuci kaki ini melambangkan suatu harapan bahwa “benih” yang akan
diturunkan jauh dari mara bahaya dan menjadi keturunan yang baik.
Timbangan
Upacara timbangan
biasanya dilakukan sebelum kedua pengantin duduk di pelaminan. Upacara
timbangan ini dilakukan dengan jalan sebagai berikut: ayah pengantin putri
duduk di antara kedua pengantin. Pengantin laki-laki duduk di atas kaki kanan
ayah pengantin wanita, sedangkan pengantin wanita duduk di kaki sebelah kiri.
Kedua tangan ayah dirangkulkan di pundak kedua pengantin. Lalu ayah mengatakan
bahwa keduanya seimbang, sama berat dalam arti konotatif. Makna upacara
timbangan adalah berupa harapan bahwa antara kedua pengantin dapat selalu
saling seimbang dalam rasa, cipta, dan karsa.
Kacar-kucur
Caranya pengantin pria
menuangkan raja kaya dari kantong kain, sedangkan pengantin wanitanya
menerimanya dengan kain sindur yang diletakkan di pangkuannya. Kantong kain
berisi dhuwit recehan, beras kuning, kacang kawak, dhele kawak, kara, dan bunga
telon (mawar, melati, kenanga atau kanthil). Makna dari kacar kucur adalah
menandakan bahwa pengantin pria akan bertanggungjawab mencari nafkah untuk
keluarganya. Raja kaya yang dituangkan tersebut tidak boleh ada yang jatuh
sedikitpun, maknanya agar pengantin wanita diharapkan mempunyai sifat gemi,
nastiti, surtini, dan hati-hati dalam mengatur rejeki yang telah diberikan oleh
suaminya.
Dulangan
Dulangan merupakan
suatu upacara yang dilakukan dengan cara kedua pengantin saling menyuapkan
makanan dan minuman. Makna dulangan adalah sebagai simbol seksual, saling
memberi dan menerima.
Sungkeman
Sungkeman adalah suatu upacara
yang dilakukan dengan cara kedua pengantin duduk jengkeng dengan memegang dan
mencium lutut kedua orangtua, baik orangtua pengantin putra maupun orangtua
pengantin putri. Makna upacara sungkeman adalah suatu simbol perwujudan rasa
hormat anak kepada kedua orangtua
Kirab
Upacara kirab berupa
arak-arakan yang terdiri dari domas, cucuk lampah, dan keluarga dekat untu
menjemput atau mengiringi pengantin yang akan keluar dari tempat panggih
ataupun akan memasuki tempat panggih. Kirab merupakan suatu simbol penghormatan
kepada kedua pengantin yang dianggap sebagai raja sehari yang diharapkan kelak
dapat memimpin dan membina keluarga dengan baik.
Jenang Sumsuman
Upacara jenang sumsuman
dilakukan setelah semua acara perkawinan selesai. Dengan kata lain, jenang
sumsuman merupakan ungkapan syukur karena acara berjalan dengan baik dan
selamat, tidak ada kurang satu apapun, dan semua dalam keadaan sehat walafiat.
Biasanya jenang sumsuman diselenggarakan pada malam hari, yaitu malam
berikutnya setelah acara perkawinan.
Boyongan/Ngunduh Manten
Disebut dengan boyongan
karena pengantin putri dan pengantin putra diantar oleh keluarga pihak
pengantin putri ke keluarga pihak pengantin putra secara bersama-sama. Ngunduh
manten diadakan di rumah pengantin laki-laki. Biasanya acaranya tidak selengkap
pada acara yang diadakan di tempat pengantin wanita meskipun bisa juga
dilakukan lengkap seperti acara panggih biasanya. Hal ini tergantung dari
keinginan dari pihak keluarga pengantin laki-laki. Biasanya, ngundhuh manten diselenggarakan
sepasar setelah acara perkawinan
Makna atau Simbol yang
Tersirat dalam Unsur Upacara Pernikahan
* Ubarampe tarub (pisang, padi, tebu,
kelapa gading, dan dedaunan): bermakna bahwa kedua mempelai diharapkan nantinya
setelah terjun dalam masyarakat dapat hidup sejahtera, selalu dalam keadaan
sejuk hatinya, selalu damai (simbol dedaunan), terhindar dari segala rintangan,
dapat mencapai derajat yang tinggi (simbol pisang raja), mendapatkan rejeki
yang berlimpah sehingga tidak kekurangan sandang dan pangan (simbol padi),
sudah mantap hatinya dalam mengarungi bahtera rumah tangga (simbol tebu), tanpa
mengalami percekcokan yang berarti dalam membina rumah tangga dan selalu sehati
(simbol kelapa gading dalam satu tangkai), dan lain-lain.
* Air kembang : bermakna pensucian diri
bagi mempelai sebelum bersatu.
* Pemotongan rambut : bermakna inisiasi
sebagai perbuatan ritual semacam upacara kurban menurut konsepsi kepercayaan
lama dalam bentuk mutilasi tubuh.
* Dodol dhawet : bermakna apabila sudah
berumah tangga mendapatkan rejeki yang berlimpah ruah dan bermanfaat bagi
kehidupan berumah tangga.
* Balangan suruh : bermakna semoga
segala goda akan hilang dan menjauh akibat dari dilemparkannya gantal tersebut.
* Midak endhog : bermakna bahwa pamor
dan keperawanan sang putri akan segera hilang setelah direngkuh oleh mempelai
laki-laki. Setelah bersatu diharapkan segera mendapat momongan seperti telur
yang telah pecah.
* Timbangan : bermakna bahwa kedua
mempelai mempunyai hak dan kewajiban yang sama dan tidak ada bedanya di hadapan
orang tua maupun mertua.
* Kacar-kucur : bermakna bahwa mempelai
laki-laki berhak memberikan nafkah lahir batin kepada mempelai putri dan
sebaliknya pengantin putri dapat mengatur keuangan dan menjaga keseimbangan
rumah tangga.
* Dulangan : bermakna keserasian dan
keharmonisan yang akan diharapkan setelah berumah tangga, dapat saling memberi
dan menerima.
* Sungkeman : bermakna mohon doa restu
kepada orangtua dan mertua agar dalam membangun rumah tangga mendapatkan
keselamatan, dan terhindar dari bahaya.
Gambar-gambar
susunan nikah adat jawa
Upacara panggih = Temu
. Upacara ini seharusnya diadakan di rumah pengantin putri. Tapi, di era
sekarang ini, sering diadakan di gedung pertemuan, dimana resepsi akan
dilaksanakan, dengan alasan efisiensi waktu dan tempat.
Tanda bukti Seorang istri kepada suami,
serta kesiapan seorang suami untuk kepala keluarga yang bertanggung jawab.
Yang pertama-tama disungkemi adalah
orang tua pengantin putri, setelah itu baru orangtua pengantin kakung
1. UPACARA
KEMATIAN
1. Disirami
Jenazah disirami atau dimandikan dengan air
yang diberi kembang telon .
Selain membersihkan seluruh tubuh, rambut juga dibersihkan (keramas). Jika yang
wafat laki-laki, yang memandikan juga laki-laki, sebaliknya jika yang meninggal
wanita, yang memandikan juga wanita. Memandikan jenazah harus khidmad, tidak
bersenda gurau.
2. Pemakaian penutup tubuh
Setelah
disirami, diberi penutup tubuh atau pakaian. Orang Islam dikafani, sedang
Katolik atau Kristen dengan pakaian biasa (bisa pakaian adat Jawa, pakaian
barat, dan sebagainya).
3. Doa
Setelah
diberi penutup tubuh, jika yang wafat beragama Islam, di-shalati (shalat
jenazah); yang beragama Katolik atau Kristen dilakukan misa jenazah dan
pemberkatan minyak suci. Setelah itu, dimasukkan peti jenazah. Dulu, jenazah
tidak dimasukkan ke dalam peti, tetapi dimasukkan ke dalam bandosa (tandu untuk jenazah).
4. Brobosan
Dalam
upacara brobosan , peti jenazah
atau bandosa , dipikul, lalu
isteri atau suami, anak, menantu, cucu, dan sebagainya melewati bagian
bawahnya. Dilihat dari atas, mbrobos searah
dengan jarum jam, dilakukan tiga kali. Maksud acara ini adalah untuk memberi
penghormatan terakhir.
5. Bedah bumi
Bedah bumi
adalah saat dimulainya penggalian makam. Sebelum menggali makam salah seorang
anggota keluarga memimpin doa, agar selama penggalian makam tidak ada halangan.
Dulu, disiapkan nasi tumpeng untuk penggali makam.
6. Sur bumi
Sur bumi
adalah saat jenazah sudah selesai dimakamkan dan ditimbun tanah. Sur berarti 1) memasukkan ke
dalam api, 2) merebut tempat. Juga, dulu, disiapkan nasi tumpeng untuk penggali
makam. Sekarang, jarang yang menyiapkan nasi tumpeng, melainkan di-tebas mentah .
7. Pecah gendeng
Pecah gendeng atau memecah genting, dilakukan jika wafat terjadi pada hari
Sabtu. Konon, agar yang wafat tidak ‘nggeret
’ atau menarik orang lain ikut wafat. Genting dipecah di depan peti atau bandosa , sebelum berangkat menuju
makam.
8. Melepas ayam
Jika
yang wafat masih punya anak kecil (jadi, meninggalkan suami atau isteri menjadi
duda atau janda), seekor ayam dilepaskan.
9. Gagar mayang
Jika
yang wafat masih jejaka atau gadis, dibuat dua gagar mayang . Gagar
mayang ikut dibawa ke makam, dan ditinggalkan di sana.
10. Selamatan
Ada
serangkaian selamatan, yang dilakukan setelah wafat 3 hari, 7 hari, 40 hari,
100 hari, mendak-1, mendak-2, dan
1000 hari. Prinsip selamatan atau
kenduren adalah mengirim doa
pada yang sudah meninggal, mohon agar diampuni dosa-dosanya, diterima Tuhan,
dan dimaafkan oleh sesama. Biasanya, pada penganut Agama Islam, pada selamatan
itu diundang tetangga, saudara, atau teman untuk mengadakan tahlilan. Jika meninggal pada tanggal 1, maka kenduri
3-hari dilakukan pada tanggal (1+2 ) = tanggal 3; kenduri 7 hari
dilakukan pada tanggal (1+6 ) = tanggal 7, dan seterusnya. Perlu
diketahui, selamatan tidak
perlu dilakukan tepat pada hari jatuhnya, ada selang selama 5 (lima) hari.
Kalau seharusnya kenduri tanggal 7, maka boleh dilakukan antara tanggal 5
sampai tanggal 9.
Agar
lebih mudah, berikut disajikan tabel weton
, yaitu hari dan pasaran .
Tentu saja, diperlukan kalender yang ada pasarannya.
Perlu
diketahui, selamatan tidak
perlu dilakukan tepat pada hari jatuhnya, ada selang selama 5 (lima) hari.
Kalau seharusnya kenduri tanggal 7, maka boleh dilakukan antara tanggal 5
sampai tanggal 9.
11.
Perhitungan saat selamatan
Banyak
orang yang menghadapi kesulitan untuk menentukan kapan jatuhnya hari ke-3,
ke-7, ke-40, dan seterusnya. Untuk membahas hal itu, ada baiknya difahami,
berapa hari jarak antara dua weton
yang berurutan. Misalnya, jarak (selisih) Minggu Wage ‘sampai’ Minggu
Wage berikutnya adalah 35 hari, karena Minggu Wage yang kedua tidak dihitung.
Dari Minggu Wage ‘sampai dengan’ Minggu Wage berikutnya adalah 36 hari,
karena Minggu Wage berikutnya dihitung.
Selamatan 3-hari
dan 7-hari relatif mudah dihitung. Jika meninggal pada tanggal 1, maka kenduri
3-hari dilakukan pada tanggal (1+2 ) = tanggal 3; kenduri 7 hari
dilakukan pada tanggal (1+6 ) = tanggal 7.
Pada
Tabel 1 berikut disajikan tabel weton
, yaitu hari dan pasaran
jatuhnya selamatan berdasar hari dan pasaran wafat. Hari dan pasaran ini
merupakan acuan kapan dilakukan selamatan .
Tabel
1. Jatuhnya Hari dan Pasaran pada Selamatan
Hari
wafat
|
3
hari
|
7
hari
|
40
hari
|
100
hari
|
Mendak-1
|
Mendak-2
|
1000
hari
|
Senin
|
Rabu
|
Minggu
|
Jumat
|
Selasa
|
Kamis
|
Senin
|
Sabtu
|
Selasa
|
Kamis
|
Senin
|
Sabtu
|
Rabu
|
Jumat
|
Selasa
|
Minggu
|
Rabu
|
Jumat
|
Selasa
|
Minggu
|
Kamis
|
Sabtu
|
Rabu
|
Senin
|
Kamis
|
Sabtu
|
Rabu
|
Senin
|
Jumat
|
Minggu
|
Kamis
|
Selasa
|
Jumat
|
Minggu
|
Kamis
|
Selasa
|
Sabtu
|
Senin
|
Jumat
|
Rabu
|
Sabtu
|
Senin
|
Jumat
|
Rabu
|
Minggu
|
Selasa
|
Sabtu
|
Kamis
|
Minggu
|
Selasa
|
Sabtu
|
Kamis
|
Senin
|
Rabu
|
Minggu
|
Jumat
|
Pasaran
wafat
|
|||||||
Pahing
|
Wage
|
Pon
|
Legi
|
Legi
|
Kliwon
|
Wage
|
Legi
|
Pon
|
Kliwon
|
Wage
|
Pahing
|
Pahing
|
Legi
|
Kliwon
|
Pahing
|
Wage
|
Legi
|
Kliwon
|
Pon
|
Pon
|
Pahing
|
Legi
|
Pon
|
Kliwon
|
Pahing
|
Legi
|
Wage
|
Wage
|
Pon
|
Pahing
|
Wage
|
Legi
|
Pon
|
Pahing
|
Kliwon
|
Kliwon
|
Wage
|
Pon
|
Kliwon
|
Dari
Tabel 1 dapat dilihat, bahwa selamatan 40 hari, 100 hari, dan 1000 hari, jatuh
pada pasaran yang sama . Sebagai contoh, jika wafat pada pasaran Pahing ,
maka selamatan 40 hari, 100 hari dan 1000 hari, semuanya semuanya jatuh pada
Legi atau (Pasaran Wafat – 1) .
Untuk
menghitung selamatan hari
ke-40, ke 100, dan ke-1000, Tabel 2 berikut dapat membantu perhitungan.
Tabel
2. Perkiraan bulan dan tanggal hari ke-40, ke-100, dan ke-1000.
Hari
ke-
|
Bulan
|
Tanggal
|
Bulan
|
Tanggal
|
|
40
|
B
+ 1
|
T
+ 9
|
atau
|
B
+ 2
|
T
- 21
|
100
|
B
+ 3
|
T
+ 8
|
atau
|
B
+ 4
|
T
– 22
|
1000
|
B
– 3
|
T
- 6
|
atau
|
B - 4
|
T
+ 24
|
B
+ 9
|
T
- 6
|
atau
|
B
+ 8
|
T
+ 24
|
Misalnya,
ada orang wafat tanggal 1 Januari (tanggal 1, bulan 1), maka selamatan 40 hari
jatuh pada bulan (1 + 1), tanggal (1 + 9), atau Februari tanggal 10. Rumus yang
kanan, yaitu (B + 2) dan (T - 21) tidak dapat dipakai. Jika wafat tanggal
22 Januari, dipakai rumus yang kanan, sehingga diperoleh bulan (1 + 2), yaitu
Maret, tanggal (22 - 1), yaitu 21 Maret.
Tanggal
dan bulan ini merupakan perkiraan, yang penting adalah hari dan pasaran (Tabel
1). Jika tanggal dan bulan tidak sesuai dengan hari dan pasaran, maka
tanggalnya yang disesuaikan.
Untuk
menghitung mendak-2, mendak-1, dianggap sebagai hari wafat. Misalnya, wafat
pada Senin Kliwon, maka mendak-1 jatuh pada Kamis Pon. Untuk menghitung
mendak-2, Kamis Pon dianggap sebagai wafatnya. Jadi, mendak-2 jatuh pada Minggu
Legi.
Mendak-1,
dilakukan pada:
(Hari Wafat + 354 hari) atau
(Hari Wafat + 1 tahun kalender – 12 hari).
Mendak-2,
dilakukan pada
(Hari Wafat + 708 hari) atau
(Hari Wafat + 2 tahun kalender – 24 hari),atau
(Mendak-1 + 354 hari)
Jika
wafat tanggal 1 Januari maka 1000 harinya jatuh tanggal 26 atau 27 September
pada (Tahun Wafat + 3) . Jika wafat tanggal 6 April, maka 1000 harinya jatuh
pada 30 atau 31 Desember (Tahun Wafat +3) . Jadi, jika wafat antara 1 Januari
sampai 6 April , 1000 harinya jatuh pada (Tahun Wafat +3).
Jika
wafat mulai 8 April , maka 1000 harinya jatuh pada 2 Januari atau 1 Januari
pada (Tahun Wafat + 4).
Tradisi
"upacara /ritual ruwatan" hingga kini masih dipergunakan orang jawa, sebagai
sarana pembebasan dan penyucian manusia atas dosanya/kesalahannya yang
berdampak kesialan didalam hidupnya. Dalam cerita "wayang" dengan lakon Murwakala pada tradisi ruwatan di jawa (
jawa tengah) awalnya diperkirakan berkembang didalam cerita jawa kuno, yang isi
pokoknya memuat masalah pensucian,
yaitu pembebasan dewa yang telah
ternoda, agar menjadi suci kembali, atau meruwat berarti: mengatasi atau menghindari sesuatu kesusahan bathin dengan cara mengadakan
pertunjukan/ritual dengan media wayang kulit yang mengambil tema/cerita
Murwakala.
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapussaya izin copast yaa untuk bahan makalah sekolah saya, makasi
BalasHapusMakanan khas di hari raya idul fitri adalah: ketupat, buras,
BalasHapusTerbuat dari ketan khas sulawesi selatan.
Lappa terbuat dari beras ketan namun di bungkus dengan janur makann khas sulawesi seletan
Dan di hari raya idul fitri juga di sajikan opor ayam,sambln goreng kreni dll bahkan docang di sajikan sebagai menu pelengkap di hari nan fitri
Hari raya idul adha adalah hari raya di mana umat muslim mlaksankan qurban yang berupa kambing dan sapi.
Setelah itu dagaing dinolah menjdi beberapa jenis makanan diantaranya sate kmbing, rendang, gulai, sosis ,nuget dll
Hari khusus keagaman hindu
Hari raya nyepi merupakan slah stu perayaan bagi umat hindu di prayaan ini juga ada beberpa menu yaitu entil, mkann tradisional
Nasi tepeng makan khas gianyar
Lawar ini trbuat dari campuran sayuran dan daging cing cang
Ayam betutu
Cerorot merupakan jajanan kue bsah
Jaja apem
Sambel dan jukut undis
Sate lilit
Bulan rahmadhan merupakan bulan penuh berkah bagi umat muslim bulan tersbut trdapat beberapa hidangnn buka puasa ada beberapa menu hidangan di bulan puasaya yaitu ada kicak khas yogyakarta , es kopi luwak dll
Hari raya kushus keagaman kristen ada beberpa menu makanan dan kuebyaitu
Ayam rica rica dominan dengan rasa pedas
Kue lampet/lapet jajan tradisional batak sumatera utara
Kue bagia/bagea kue berwarna coklat yg berbentuk bulat
Ikan kuah kuning makann yng berbahan ikan dengan di bumbui kuning dngn di tmabhkan bsdikit air
Kue lampu²adlah kue basah
Kue biji biji khas betawi
Ikan rica rica artinya pedas atau cabaik
Nasi jaha nasi yng menggunakan bahan rempah2
Sayur pangi menggunakn daun muda dari kluwak
terimakasih banyak atas ulasannya, sangat membantu sekali untuk menambah materi mengajar, saya ijin untuk menyimpannya
BalasHapusTerimaksih banyak atas ilmunya, semoga Allah SWT memberikan keberkahan Rizki. Mohon ijin menyimpan.
BalasHapus